Belajar Menjadi Orangtua untuk Menggali Potensi Anak Melalui Tahapan Quantum Otak

Umumnya, terdapat tiga hal yang diketahui dan disiapkan oleh orang tua bagi anak-anaknya. Pertama, memberikan nama yang bagus. Kedua, mendidik dan mengasuh. Ketiga, menikahkan anak ketika sudah mendapatkan jodoh. Setidaknya tiga hal tersebut merupakan kewajiban orang tua yang perlu disadari dalam mengantarkan anak-anak menuju proses kehidupan nyata. 

 

Dalam proses dan tahapan mendidik bukan hal yang mudah dan diakui menjadi pe-er terbesar bagi semua orang tua. Sebab, bagaimana pun proses mendidik dan mengasuh anak bukanlah hal yang sederhana. Semua anak terlahir unik dan berbeda-beda, memiliki potensi sendiri-sendiri. Maka sebagian besar orang tua pun menganggap potensi anak-anak sebagai “misteri” yang perlu digali. 

 

Bagaimana cara menggali potensi anak? Rujukan psikologi pertumbuhan dan perkembangan anak, bisa menjadi bekal dalam urusan mendidik dan mengasuh anak. Masalahnya, tidak selamanya teori yang disuguhkan dalam buku-buku psikologi dan parenting cocok dan bisa diterapkan kepada sang buah hati. 

 

Bunda, belajar menjadi orangtua memang membutuhkan banyak trial and error. Harus selalu siap mengubah dan mengoreksi polanya hingga menemukan pola yang sesuai dengan karakter anak. Kuncinya, orangtua tidak lelah dalam belajar dan mencari tahu banyak hal, baik menyimak teori maupun mempraktikkannya. Ya, dalam urusan urusan pengasuhan dan mendidik “titipan Tuhan” ini, merupakan napas panjang kehidupan yang dipenuhi kesabaran, keikhlasan, ketekunan, dan kasih sayang, yang semua mesti dijaga. 

 

Dalam parenting, menurut Efine Indrianie (Psikolog & Biopsychology Practitioner), inti dalam mendidik dan mengasuh anak, yaitu memahami perkembangan otak. Efine menuliskan pengalaman sebagai praktisi berdasarkan pola pengasuhan berdasarkan tahapan perkembangan otak anak ini dalam buku Quantum Otak. 

 

“Setiap tahapan perkembangan otak membutuhkan stimulasi yang berbeda. Meskipun cara yang dilakukan sederhana, tetapi sesuai dengan tahapan perkembangan otak, akan memberikan hasil yang sangat baik dalam perkembangan diri anak.”

 

Namun jauh sebelum menuju praktik Quantum Otak pada buah hati, terlebih dahulu pembaca akan diajak menyelami diri sendiri secara mendalam sebelum “mengakrabi” pasangan dan buah hati serta lingkungan. Mengapa? Menurut Efine, dengan mulai berdamai dan menerima diri sendiri, serta mengenali diri sendiri memudahkan kita untuk mengendalikan diri. 

 

Dalam parenting, dua hal yang penting dan perlu diketahui orang tua, bahwa sifat genetis dan lingkungan akan berpengaruh besar pada pola-pola pengasuhan. Sifat genetis yang “terekam” dalam DNA mengalirkan juga sifat-sifat orang tua dan para leluhur (kakek nenek dst). Sifat-sifat ini bisa muncul dan diwariskan pada buah hati. Sementara itu, faktor lingkungan yang dimaksud adalah pola asuh, pendidikan, religi, budaya, adat, termasuk lingkungan masyarakat sekitar di daerah tempat tinggal.

 

Nah, penasaran kan? Bagaimana karakter anak dengan pola karakter audiotari, visual, dan kinetis diasuh dalam pendekatan kuantum otak?

 

Selengkapnya metode pengasuhan ala Kuantum Otak bisa disimak dalam buku  Quantum Otak; 7 Rahasia Melejitkan Kecerdasan Anak. Tujuan dari pengasuhan model ini untuk menyiapkan generasi emas yang optimal dan kreatif berdasarkan perkembangan otaknya. 

 

Buku ini layak dibaca orangtua yang ingin belajar ketulusan dalam memulai sekolah kehidupan bersama pasangan hidup, buah hati, dan lingkungan sekitar. Sebuah kajian menyeluruh dan praktik tentang diri, parenting, dan pengasuhan anak-anak.

 

webinar rahasia melejitkan kecerdasan anak ala quantum otak

 

DAFTAR DI SINI UNTUK GABUNG WEBINAR

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *