Berikut beberapa tip untuk Anda sebelum memasarkan telur agar mendapatkan untung besar.
1. Sortir setiap produksi telur, kemudian bagi ke dalam tiga kelas.
– Kelas 1. Memiliki bobot 45—50 gram, bentuk oval sempurna, putih bersih, licin, dan bersih.
– Kelas 2. Bobot 50—55 gram, bentuk oval sempurna, warna kecokelatan, licin, dan bersih. Tidak ada kasar-kasar di permukaan kulit.
– Kelas 3. Di bawah 45 gram atau di atas 55 gram, bentuk tidak sempurna atau tidak beraturan, warna kecokelatan, dan kasar atau berbintik.
2. Kelas 1 diperuntukkan untuk pasar modern, seperti supermarket dan minimarket. Kemas telur agar tampil lebih menarik. Harga jualnya berkisar Rp1.700—Rp2.200 per butir.
3. Kelas 2 dapat dijual ke pedagang jamu, pengepul, atau pembeli eceran dengan kisaran harga Rp1.300—Rp1.500 per butir.
4. Kelas 3 dapat dijual ke pasar tradisional atau pabrik kue dan roti dengan kisaran harga Rp1.200 per butir.
5. Jika menjual ke pasar modern, pastikan pembayarannya maksimal seminggu setelah telur terjual agar modal cepat kembali berputar.
6. Karena pasar modern biasanya menggunakan sistem konsinyasi, telur yang tidak terjual akan dikembalikan. Pastikan Anda mengambil telur yang tidak terjual 1 minggu sebelum kadaluarsa untuk dijual kembali ke pasar lain. Kemudian, ganti telur dengan yang baru. Begitu seterusnya, agar tidak ada telur yang busuk sebelum terjual.
Demikian tip menjual telur ayam kampung sebagaimana dijelaskan di dalam buku “Jago Bisnis & Beternak Ayam Kampung” terbitan AgroMedia Pustaka. Di dalam buku yang ditulis oleh Ir. Bambang Krista & Bagus Harianto ini, Anda akan mendapati berbagai uraian, petunjuk, teknis, dan tips lainnya terkait bisnis dan beternak ayam kampung, mulai dari persiapan, menghitung modal, perawatan, hingga pemasaran.