Diary of a Tea Drinker: Perjalanan Memaknai Hangatnya Teh

Buku Diary of a Tea Drinker, menyampaikan pesan mendalam tentang pengetahuan teh. Dari sejarah perjalanan teh, jenis teh, peralatan minum teh, hingga seni meminum teh itu sendiri. Buku ini tidak saja memuaskan pembaca akan cerita seputar dunia teh yang kompleks. Lebih jauh, buku ini coba mengajak pembaca menjelajahi dunia teh secara ‘visual’ di berbagai tradisi. Buku spesial teh ini ditulis Othniel Giovanni, seorang traveler dan teh addict pemilik akun Instagram exoteaque.

 

Pengalamannya dalam menekuni aroma teh seperti special original tea mengantarkannya menjadi seorang penggemar teh. Hobinya pada dunia fotografi dan jalan-jalan mendukung kegemarannya mengulik dunia teh. Sebuah paduan yang klop, antara teh dan fotografi.

 

Teh baru selesai rolling.

Mitosnya, konon teh pertama kali ditemukan pada 5000 SM di Yunan, China oleh Sehn Nong, seorang pendeta dan herbalis. Temuan ajaib dari daun yang jatuh ke dalam tungkunya menghasilkan efek sehat bagi tubuhnya. Selain itu ramuan itu dikenal sebagai penawar racun.

 

Melompat ke zaman kolonisasi, singkat riwayatnya, di abad 19, secara diam-diam Inggris mencoba menyelundupkan teh dari China. Inggris coba menanam pohon teh di wilayah India dan Afrika. Saat itu China sendiri tidak terbersit untuk menyebarkan daun teh. Sebenarnya masa penyebaran teh ke seluruh dunia di awal menyimpan sisi gelap dan pilu tentang penjajahan dan perbudakan manusia dalam memproduksi teh.

 

Terlepas dari hal di atas, daun teh punya jalan sendiri. Ada kalanya mirip dengan perjalanan biji kopi. Dalam menyimak perjalanan teh pun tidak kalah seru dengan perjalanan si biji hitam. Keduanya mirip dan dekat dengan urusan keindahan, kedalaman aroma rasa, kesehatan, dan soal tradisi-tradisi di sekelilingnya yang telah mengakar kuat.

 

 

Sementara itu, untuk aturan menyeduh teh tidaklah seribet kopi. Namun, tiap tradisi memiliki keunikkan masing-masing. Di Barat, tradisi minum teh diseduh dengan teko teh besar dan cangkir berukuran sedang. Beda lagi di Jepang, tradisi minum teh perbedaannya kentara sekali. Dari sisi perangkat teh untuk menyeduh sudah berbeda. Seperti halnya dalam acara upacara minum teh bisa terlihat kompleks, karena tidak hanya kebiasaan minum, tetapi juga berkaitan dengan sopan santun, cara mengenakan baju, dan menghormati sesama.

 

Qoute: “Seperti yang dikatakan Othniel, teh memberi pelajaran dalam menemukan perbedaan dan rasa toleransi kepada sesama.”

 

Empat Tipe Teh

Dalam diary ini, special origin tea menjadi bagian pembuka pengetahuan teh. Special origin tea adalah teh asli yang berasal satu jenis perkebunan teh. Karena harganya yang relatif mahal, teh jenis ini tidak dijual umum di pasaran. Special original tea biasanya diburu oleh para kolektor teh.

 

Selain special origin tea, ada juga blended tea yang biasa beredar di pasaran dengan harga relatif terjangkau. Blended tea biasanya bercampur dengan jenis daun-daun teh lainnya. Bahkan, ada juga yang di-blend dengan bunga, rempah, dan akar.

 

Terdapat 4 tipe teh yang biasa kita kenal, yaitu teh hitam, teh oloong, teh putih, dan teh hijau. Teh Oloong menurut Othniel, cocok diminum setelah mengonsumsi makanan berat. Teh oloong cocok untuk menjaga kesehatan pencernaan dan menurunkan lemak jahat. Sementara itu, minumlah teh hijau pada pagi hari menjelang bangun tidur, bagus untuk mood booster pembuka hari.

 

Dalam buku yang diterbitkan Agromedia ini, Othiel mencoba mengajak pembaca merasakan bagaimana teh yang pernah ia rasakan ke dalam sebuah tulisan dan ilustrasi foto. Buku Diary of a Tea Drinker, sudah bisa diperoleh di toko buku Gramedia atau toko buku online.

 

 

 

Foto: Othniel Giovanni/ penulis Diary of a Tea Drinker

 

 

 

Related Post