Kembangkan Potensi Anak di Usia Emas untuk Menjadikannya Generasi Emas

Asti Ratnasari, S.Kom
Magister Teknik Informatika, Universitas Islam Indonesia

Anak merupakan aset dunia dan akhirat yang tak ternilai harganya. Dari didikan orangtua pola pikir anak terbentuk. Orangtualah yang memiliki peran sangat besar dalam mengoptimalkan kecerdasan anak, baik kecerdasan intelektual, emotional dan spiritual terutama pada anak yang masih berada dalam usia emas (golden age). Pada masa ini, anak akan cenderung cepat belajar, menghapal dan meniru, sehingga sebagai orangtua harus pintar dalam menyeleksi hal yang positif dalam bertutur kata, bersikap dan berperilaku serta menghindari hal-hal negatif yang dapat ditiru oleh anak. Anak akan cepat merekam sesuatu yang dilihat dan didengar kemudian akan meniru tanpa mengetahui hal tersebut baik atau buruk. Seperti ungkapan pepatah ”Apa yang ditanam itulah yang tumbuh”, ketika orangtua mengajarkan anak kebaikan maka yang akan terekam di memori anak adalah kebaikan demikian jika orangtua mengajarkan keburukan maka yang akan terekam di memori anak adalah keburukan.

Di usia emas ini, untuk mengembangkan kecerdasan anak dapat dilakukan dengan memberikan stimulasi kepada anak dengan memperkenalkan lingkungan sekitar atau mengajak anak ke tempat terbuka yang masih bersifat alami. Misalnya, mengajak anak ke kebun binatang. Perkenalkan kepada anak setiap hal yang ada di sana, walaupun biasanya anak akan cenderung diam ketika orangtua berusaha menjelaskan, padahal sebenarnya anak sedang memproses sesuatu yang sedang ditangkapnya. Anak usia emas akan merasa penasaran terhadap hal-hal baru yang ditemuinya. Cara anak dalam mengenal hal baru tersebut pun berbeda-beda ada yang mengamati, mulai menyentuh dan bahkan sampai merusaknya. Peran orangtua adalah untuk mengingatkan dengan halus, tanpa berusaha menghakimi atau menyalahkan anak, sehingga kemudian hari anak akan senang menjadi dirinya sendiri dan akan berusaha untuk hati-hati dalam setiap tindakannya. Perlu diperkenalkan pula bahwa setiap yang diciptakan di muka bumi ini adalah ciptaan Allah Yang Maha Kuasa, dengan bahasa yang sederhana yang dapat dimengerti oleh anak. Dengan mengajak anak ke tempat terbuka, anak sudah dapat mengembangkan kecerdasan intelektual, emotional dan spiritualnya.

Selain rasa penasaran, anak usia emas tidak memiliki rasa takut. Hal yang ingin dilakukan adalah mencoba dan mencoba tanpa mengetahui resiko buruk yang akan dialami ketika melakukan suatu tindakan buruk. Rasa takut pada anak bisa jadi muncul akibat rasa khawatir yang dimiliki oleh orangtuanya. Dalam hal ini, peran orangtua membimbing dan mengarahkan agar anak tetap merasa nyaman dengan lingkungan sekitarnya. Biarkan potensi yang ada pada diri anak usia emas ini berkembang dengan alami tanpa rasa takut yang sebenarnya berasal dari orangtua atau sekitarnya. Ketika anak di perkenalkan  rasa takut, anak akan merasa cemas, tidak berani mencoba hal baru, tidak berani berpendapat dan tidak percaya diri serta sifat-sifat buruk lainnya yang mampu menghalangi potensi anak usia emas.

Orang dewasa ketika mendapatkan keberhasilan akan senang bila dipuji. Demikian pula dengan anak, pujian atau reward perlu diberikan kepada anak ketika melakukan hal positif yang bermakna. Hargai usaha anak dalam setiap tindakannya sekecil apapun. Akan tetapi, pujian atau reward ini jangan terlalu sering dan berlebihan, sesuaikan dengan porsinya. Misal anak mau membantu ketika diminta tolong untuk mengambilkan sesuatu, hal ini bisa dilakukan dengan memberikan si buah hati pujian kecil. Pujian akan mengajarkan anak untuk menghargai sesuatu.

Pada usia emas ini pula anak sering berceloteh atau seolah-olah bercerita tentang kejadian yang dialaminya. Padahal sebenarnya orangtua susah untuk mengerti apa yang dimaksud oleh anaknya. Menjadi pendengar setia bagi buah hati dan mengajaknya berinteraksi akan menambah keterikatan batin antara orangtua dan anak. Anak juga dapat diajak diskusi kecil semisal meminta ide untuk menu makannya hari ini, dengan demikian anak akan merasa dianggap dan dihargai oleh orangtuanya.

Dalam berinteraksi dengan teman sebaya, biasanya ada yang membuat masalah. Walaupun masih anak-anak, perlu diajarkan untuk meminta maaf dan memberi maaf, karena anak pun sudah merasakan malu untuk meminta maaf dan berat saat memberikan maaf, sehingga dari mulai usia emas ini orangtua perlu mengajarkan dan memahamkan anak untuk mudah meminta maaf dan ringan saat  memberikan maaf. Mengajarkan kepada anak rasa sayang kepada sesama dan tidak saling menyakiti. Perlu juga diajarkan pentingnya berbagi dengan sesama, karena tidak sedikit anak yang memiliki sifat pelit. Misal anak tidak mau berbagi terhadap mainnya, makanannya dan banyak hal. Akhirnya anak mengenal perbedaan, permusuhan dan keburukan lain.

Bimbing anak untuk jujur dan menyadari setiap kesalahan. Terkadang orangtualah yang mengajarkan anak menyalahkan orang lain atau lingkungan. Misal anak terjatuh, untuk menenangkan buah hatinya, orangtua memukul-mukul tanah dan menyalahkan benda mati tersebut. Padahal anaklah yang kurang berhati-hati ketika berjalan. Hal ini terlihat sederhana tetapi akan berakibat kurang baik terhadap pola pikir anak di kemudian hari. Alangkah baiknya jika orangtua menasehati untuk berhati-hati ketika berjalan.

Dunia anak tidak lepas dari dunia bermain. Selektif terhadap mainan yang diberikan kepada anak adalah pilihan yang bijak bagi orangtua. Saat ini banyak permainan yang edukatif yang dapat meningkatkan kreatifitas anak. Di dunia yang semakin maju ini anak sudah jarang bermain tanah, karet, congklak dan berbagai macam permainan tradisional lainnya. Anak-anak sekarang lebih memilih bermain alat-alat elektronik, seperti misalnya permainan di ponsel, aplikasi di laptop, video game atau permainan lainnya yang sebenarnya mematikan kreatifitas dan mengurangi tingkat sosialisasi dengan lingkungannya. Walaupun permainan elektronik pun mampu melatih kecerdasan anak, tetapi jika tidak pada usia yang tepat akan berdampak buruk pada anak. Perkenalkan anak pada masa usia emas dengan permainan yang melatih motoriknya dan biarkan anak bergerak aktif.

Perkenalkan pula anak usia emas dengan pendidikan informal seperti play group atau PAUD. Pada pendidikan informal ini anak usia emas akan mulai berinteraksi dengan lingkup yang lebih luas, yang tadinya hanya berinteraksi dengan keluarga dan tetangga saja. Anak akan mengenal teman baru, guru baru, mainan baru dan hal-hal baru lainnya. Belajar bersosialisasi pada anak usia emas sangat diperlukan untuk kehidupannya yang akan datang, agar terhindar dari sifat individu. Permainan yang ada pada pendidikan informal akan semakin melatih motorik anak usia emas. Pendidikan informal ini juga mampu menggali potensi dan kreatifitas anak dengan menulis, menggambar, mewarnai, menyanyi, membuat origami dan aneka keterampilan lainnya.

Pemilihan lembaga pendidikan informal ini pun menjadi penting untuk memberikan yang terbaik untuk buah hati. Kebutuhan akan pendidikan anak pada usia emas ini menjadikan banyaknya lembaga pendidikan yang membuka play group dan PAUD yang tidak dibarengi dengan kualitas tenaga pengajar yang memadai atau sesuai dengan bidangnya. Padahal anak pada usia emas ini harus dibimbing oleh orang yang ahli dibidangnya dan mengetahui teknis pengelolaan kemampuan anak usia emas. Terkadang orang beranggapan bahwa, setiap orang bisa mengajar play group atau PAUD, karena materi yang diajarkan tidak berkaitan dengan intelektual yang tinggi. Sangat disayangkan jika anak usia dini yang harusnya mampu berkembang, mengoptimalkan potensi dan kreatifitas, dibimbing dan diajar oleh orang yang tidak berkompeten dibidangnya.

Kecerdasan, potensi dan kreatifitas anak dapat berkembang optimal jika orangtua dan lingkungan mengajarkan dengan alami dan baik sesuai dengan kebutuhan anak usia emas ini. pendidikan informal pun memberikan peran yang luar biasa dalam mengembangkan kecerdasan, menggali potensi dan menciptakan kreatifitas anak. Pada usia emas mengetahui potensi dan bakat yang dimiliki anak mampu menjadikannya generasi emas di masa mendatang.
Related Post