Yuni Afriani, S.Gz.
Gizi Kesehatan, Universitas Gadjah Mada
Radikal bebas adalah suatu molekul yang sangat reaktif karena mempunyai satu atau lebih elektron yang tidak berpasangan. Radikal bebas merupakan produk sampingan dari proses metabolisme tubuh (Dalimartha dan Soedibyo, 1999). Selain itu, radikal bebas juga berasal dari sinar ultra violet, sinar x, polusi udarayang berasal dari asap kendaraan bermotor, asap rokok, asap pabrik, paparan bahan kimia, dan bahan tambahan pangan yang banyak terdapat pada makanan masa kini (fast food). Akibat adanya paparan radikal bebas dapat mengakibatkan terjadinya kerusakan enzim yang bekerja mempertahankan fungsi sel, kerusakan protein, dan asam amino yang merupakan struktur utama kolagen dan elastin sehingga mengakibatkan serat-seratnya menjadi kaku, tidak lentur, kehilangan elastisitas, terjadinya kerusakan pembuluh darah kulit serta terjadinya gangguan distribusi melanin dan melanosit sehinggapigmentasi tidak merata yang mendukung terjadinya penuaan dini (Setiabudhi dan Hardiwinoto, 1999).Wanita merupakan salah satu obyek yang paling sensitif terhadap proses terjadinya penuaan dini. Penanganan kesehatan kulit akibat penuaan bagi seorang wanita sangat penting dan membutuhkan biaya yang tidak murah bahkan sangat mahal. Pentingnya edukasi kepada masyarakat terutama kaum wanita untuk mencegah terjadinya penuaan dini yang salah satu caranya adalah dengan mengkonsumsi vitamin A, C, dan E sebagai antioksidan alami yang terdapat pada sayur-sayuran dan buah-buahan dengan jumlah dan cara pengolahan yang tepat.
Sayur-sayuran dan buah-buahan mengandung berbagai macam zat gizi esensial yang dibutuhkan oleh tubuh salah satunya adalah antioksidan. Menurut (Prakash et al., 2001) antioksidan dapat diperoleh dari asupan makanan yang banyak mengandung vitamin C, vitamin E dan betakaroten (vitamin A) serta senyawa fenolik. Bahan pangan yang dapat menjadi sumber antioksidan alami, seperti rempah-rempah, coklat, biji-bijian, buah-buahan, sayur-sayuran seperti buah tomat, pepaya, jeruk dan sebagainya. Sayur-sayuran dan buah-buahan merupakan salah satu kelompok pangan dalam penggolongan FAO yang dikenal dengan Desirable Dietary Pattern (Pola Pangan Harapan) (Karsin, 2004).
Sayur-sayuran merupakan bahan makanan yang kaya akan kandungan karoten dan vitamin lainnya, terutama sayuran yang berwarna hijau tua. Semakin tua warna hijau pada sayuran, kandungan karotennya semakin banyak. Sayur-sayuran yang kaya akan kandungan antioksidan antara lain brokoli, wortel, tomat, bayam, kecipir, labu kuning, sawi hijau, taoge, terong, kol merah, daun pepaya, daun singkong, kangkung, asparagus, ubi jalar kuning dan merah serta sayur-sayuran lainnya.Buah-buahan juga merupakan sumber vitamin dan mineral yang sangat baik.Buah-buahan yang berwarna oranye merupakan sumber antioksidan yang baik karena kaya akan kandungan beta karoten. Betakaroten yang terkandung dalam tubuh memiliki fungsi dalam memelihara kesehatan kulit, sebagai penangkal radikal bebas yang dapat menghambat terjadinya proses penuaan. Beta karoten juga memiliki fungsi lain yaitu mengatur sistem kekebalan tubuh agar tidak mudah terserang penyakit (Astawan, 2009). Selain kandungan beta karoten, kandungan vitamin C yang tinggi, serta senyawa fenolik yang terdapat dalam buah-buahansangat berperan untuk mendukung fungsi sebagai antioksidan alami. Alpukat, apel, anggur, apricot, blewah, buah naga, belimbing, delima, jambu air, jambu biji, jeruk, kulit buah manggis, mangga, markisa, pepaya, pir, pisang, sirsak, semangka, strawberi merupakan buah yang kaya akan vitamin A, C serta komponen lain yang merupakan sumber antioksidan alami.
Antioksidan yang terkandung dalam sayur-sayurandan buah-buahan berasal dari tingginya kandungan vitamin A, C, dan E alami untuk menangkal adanya radikal bebas. Menurut Kuncahyo dan Sunardi (2007), antioksidan adalah senyawa kimia yang dapat menyumbangkan satu atau lebih elektron kepada radikal bebas, sehingga radikal bebas tersebut dapat diredam. Rohman dan Riyanto (2005) menyatakan bahwa antioksidan adalah sebagai senyawa yang dapat menghambat reaksi radikal bebas dalam tubuh yang dapat menyebabkan penyakit karsinogenis, kardiovaskuler dan penuaan. Antioksidan diperlukan karena tubuh manusia tidak memiliki sistem pertahanan antioksidan yang berlebihan, sehingga apabila terjadi paparan radikal berlebihan, maka tubuh akan membutuhkan antioksidan eksogen (berasal dari luar) (Waji dan Sugrani, 2009). Lawrence et al.(2000) menambahkan bahwa antioksidan juga pada akhirnya berfungsi untuk menetralisir atau meredam dampak negatif dari radikal bebas yang mengakibatkan terjadinya penuaan secara dini yag salah satunya adalah dengan mengkonsumsi sayur-sayuran dan buah-buahan.Dengan mengkonsumsi sayur-sayuran dan buah-buahan yang kaya akan antioksidan diharapkan dapat menangkal adanya radikal bebas baik yang berasal dari dalam tubuh maupun paparan dari luar tubuh. Namun, dalam mengkonsumsi sayur-sayuran dan buah-buahan diperlukan jumlah dan cara pengolahan yang tepat.
Setiap makanan yang dimasukkan ke dalam tubuh memerlukan rambu-rambu yang tepat dalam mengkonsumsinya, begitu juga dengan sayur-sayuran dan buah-buahan yang kita konsumsi. Vitamin A, C, dan E sebagai komponen penyusun antioksidan alami memiliki batasan yang dianjurkan untuk dikonsumsi. Jumlah konsumsi vitamin A perhari yang dianjurkan untuk bayi dan anak di bawah usia 3 tahun adalah 350 RE, sedangkan untuk laki-laki dan wanita dewasa masing-masing 700 RE dan 500 RE. Dalam kondisi hamil dan menyusui diperlukan tambahan asupan vitamin A masing-masing sebesar 200 RE dan 350 RE per hari (Astawan, 2009). Vitamin A memiliki karakteristik tidak tahan terhadap asam dan oksidasi, sehingga pemasakan dengan suhu minyak yang terlalu tinggi dapat merusak vitamin A. Kebutuhan vitamin C pada wanita dan laki-laki dewasa sekitar 60 mg per hari. Keadaan yang menyebabkan hilangnya vitamin C adalah ketika bahan makanan terlalu lama disimpan pada suhu panas, oksidasi, pencucian, perendaman dalam air, memasak terlalu lama dengan suhu tinggi serta memasak dengan menggunakan panci besi dan tembaga. Sedangkan kebutuhan vitamin E yang dianjurkan adalah berkisar 10 mg per hari dan untuk wanita manyusui ditambah 2 mg per hari. Vitamin E memiliki karakteristik mudah rusak pada pemanasan (penggorengan) dan oksidasi (Almatsier, 2004). Vitamin A, C, dan E memiliki karakteristik dan angka kecukupan yang berbeda-beda sesuai dengan fungsinya. Dengan adanya batasan jumlah dan pengolahan yang tepat sehingga kita bisa menjaga agar vitamin yang terkandung dalam sayur-sayuran dan buah-buahan masih terjaga dengan baik saat kita konsumsi.
Proses penuaan merupakan hal yang wajar terjadi pada setiap manusia, terutama wanita. Namun, penuaan dini bisa kita cegah dan atasi dengan menjaga tubuh kita dari paparan radikal bebas yang kita peroleh baik dari dalam tubuh maupun lingkungan di luar tubuh kita. Salah satu alternatif yang paling murah dan mudah untuk dilakukan adalah menjaga tubuh kita dengan meningkatkan asupan sayur-sayuran dan buah-buahanyang banyak mengandung vitamin A, C, E serta senyawa fenolik yang dikonsumsi sehari-harisesuai dengan kebutuhan tubuh. Sayur-sayuran dan buah-buahan yang kita konsumsi seharusnya disertai dengan jumlah dan pengolahan yang tepat agar dapat berfungsi optimal sebagaisumber antioksidan alami yang menghambat terjadinya proses penuaan dini.
Referensi :
Almatsier, Sunita. 2004. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : Gramedia
Astawan, Made. 2009. A-Z Ensiklopedia Gisi Pangan Untuk Keluarga. Jakarta : Dian
Rakyat
Dalimartha, S. dan Soedibyo, M. 1999. Awet Muda Dengan Tumbuhan Obat dan Diet Supleme., Trubus Agriwidya, Jakarta. hal. 36-40.
Jusuf, N.K. 2005. Kulit Menua. Majalah Kedokteran Nusantara Vol 38 No 2
Karsin E S. 2004. Peranan Pangan dan Gizi dalam Pembangunan dalam YF Baliwati, A. Khomsan, CW Dwiriani (eds). Pengantar Pangan dan Gizi. Jakarta: Penebar Swadaya. hlm 4 – 11.
Kuncahyo I. dan Sunardi. 2007. Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Belimbing Wuluh
(Averrhoa blimbi L.) terhadap 1,1-Diphenyl-2-Picrylhidrazyl (DPPH). Seminar Nasional Teknologi 2007 (SNT 2007).Yogyakarta.
Lawrence S G, Musthafa Z, Seweang A. 2000. Radikal Bebas sebagai Prediktor Aterosklerosis pada Tikus Wistar Diabetes Melitus. Jurnal Cermin Dunia Kedokteran 127: 32-33
Prakash, A., Rigelhof, F., Miller, E., 2001, Antioxidant Activity, Medalliaon Laboratories Analitycal Progress, vol 10, No.2
Rohman A, Riyanto S. 2005. Daya antioksidan ekstrak etanol daun kemuning (Murraya paniculata (L) Jack) secara in-vitro. Majalah Farmasi Indonesia 16(3):136-140.
Setiabudhi, T dan Hardiwinoto. 1999. Panduan Gerontologi Tinjauan dari Berbagai Aspek. Jakarta : Garamedia Pustaka Utama
Waji RA, Sugrani A. 2009. Makalah kimia organik bahan alam: flavonoid (quercetin). Makasar: Program S2 Kimia, FMIPA, Universitas Hasanuddin.