Harga cabai melonjak tinggi? Itu sudah biasa. Agromate tentu tidak akan merasa khawatir dengan kenaikan harga tersebut jika bisa memproduksi sendiri kebutuhan cabai sehari-hari. Iya, kan?
Harga cabai melonjak tinggi? Itu sudah biasa. Agromate tentu tidak akan merasa khawatir dengan kenaikan harga tersebut jika bisa memproduksi sendiri kebutuhan cabai sehari-hari. Iya, kan?
Indonesia memang memiliki dua musim yang bertolak belakang, kemarau dan hujan. Apalagi jika dilihat dari beberapa waktu belakangan ini, dimana cuaca tidak menentu. Para petani cabai terkadang “menjerit” karenanya. Tidak jarang produksi cabai mengalami kegagalan atau menjadi tidak maksimal karena faktor perubahan cuaca yang terbilang ekstrem.
Untuk itu, dibutuhkan persiapan yang benar-benar matang agar produksi cabai bisa maksimal, baik pada musim kemarau maupun hujan. Nah, Agromate bisa mencoba beberapa kiat di bawah ini untuk mendapatkan hasil panen cabai yang sesuai harapan.
Pembuatan embung
Permasalahan utama saat kemarau adalah air. Pembuatan embung bisa menjadi alternatif solusi permasalahan tersebut. Embung adalah bendungan berukuran kecil (misal 20 x 40 meter) yang berfungsi menampung air pada saat akhir musim hujan untuk digunakan pada musim kemarau.
Menggunakan sistem irigasi tetes
Irigasi tetes (drip irrigation) merupakan sistem irigasi dengan cara diteteskan langsung di zona perakaran. Sistem ini mempunyai kemampuan dalam menghemat penggunaan air dan pupuk terutama pada musim kemarau. Selain itu, sistem ini dapat menekan serangan penyakit pada daun dan mengurangi penggunaan fungisida.
Cek drainase
Pada musim hujan, air yang menggenang menjadi pemicu berkembangnya penyakit tanaman cabai. Karena itu, pastikan saluran pembuangan air (drainase) berjalan dengan baik.
Mengatur tinggi bedengan
Bedengan yang lebih tinggi mampu mengurangi kelembapan tanah akibat banyaknya air atau tingginya curah hujan. Pada musim ini, sebaiknya tinggi bedengan berkisar antara 60—70 cm.
Mengatur jarak tanam yang lebih lebar
Untuk mengurangi kelembapan udara yang tinggi di sekitar tanaman dan memberikan keleluasaan cahaya matahari masuk ke sekitar tanaman cabai, tanam cabai dengan jarak yang lebih lebar menggunakan pola zig-zag atau segitiga. Beberapa petani menggunakan pola ini dengan jarak tanam 60 x 70 cm.
Menggunakan mulsa plastik hitam
Pemakaian mulsa plastik hitam perak dapat mengontrol kelembapan tanah dan mengurangi penyebaran penyakit melalui cipratan tanah yang terkena hujan.
Memantau perkembangan organisme pengganggu tanaman (OPT) secara intensif
Pada musim hujan, biasanya perkembangan OPT sangat cepat. Karena itu, pantau terus perkembangannya sehingga dapat diantisipasi dan dikendalikan sejak dini.
Memperhatikan sanitasi sekitar pertanaman
Bersihkan areal tertanaman dari gulma atau tanaman lain yang bisa menjadi inang atau tempat hidup bagi hama atau penyakit.
Penggunaan pestisida dengan perekat dan perata untuk efektivitas penggunaan pestisida
Penggunaan pestisida pada musim hujan biasanya tidak terlalu efektif karena selalu larut terbawa air hujan. Untuk mengantisipasinya, gunakan bahan perekat dan perata sehingga pestisida mempunyai daya lekat dan daya sebar yang lebih tinggi serta tidak mudah tercuci oleh air hujan.
Penggunaan naungan plastik atau paranet untuk pelindung tanaman
Untuk mengurangi terpaan air hujan dengan intesitas tinggi, gunakan naungan plastik. Naungan ini bisa berbentuk rumah plastik sederhana (green house) memanjang sepanjang bedengan tanaman.
Cukup jelas, kan, Agromate? Semoga kiat di atas berguna bagi Agromate yang ingin mulai menanam cabai, ya. Selamat mencoba!