Dari Sabang sampai Merauke bisa jadi ada ratusan nama pahlawan yang telah membela negeri seribu pulau ini. Baik perempuan atau laki-laki semua pahlawan itu berjasa bagi negara kita. Misalnya saja Cut Nyak Meutia.
Cut Nyak Meutia lahir di Pirak, Keureutoe, Aceh Utara, 1870. Ia ditinggal suami sekaligus rekan seperjuangannya, Teuku Cik Tunong, yang dihukum Belanda pada Maret 1905. Cut Nyak Meutia kemudian menikah lagi dengan Pang Nagroe, sesuai dengan pesan suaminya sebelum meninggal. Mereka kemudian bergabung dengan pasukan yang dipimpin oleh Teuku Muda Gantoe.
Pada 26 September 1910, suami keduaya tewas di tangan Belanda. Cut Nyak Meutia melanjutkan perjuangan dengan menyerang pos-pos Belanda sambil bergerilya menuju Gayo. Hingga pada 24 Oktober 1910, terjadi pertempuran dengan pasukan Belanda dan ia tewas oleh peluru Belanda yang bersarang di kepala dan dadanya.
Jika Cut Nyak Meutia merupakan salah satu pahlawan Indonesia yang gugur sebelum kebangkitan nasional, lain halnya dengan Fatmawati Soekarno yang menjadi pahlawan kemerdekaan.
Fatmawati yang lahir di Bengkulu, 15 Februari 1923 merupakan istri Soekarno, Presiden RI pertama. Perkenalannya dengan Soekarno terjadi saat Soekarno diasingkan ke Bengkulu, pada tahun 1938. Saat itu, Bung Karno mengajar di sekolah milik Muhammadiyah dan Fatmawati tercatat sebagai salah satu muridnya. Mereka akhirnya menikah di Jakarta pada tahun 1943.
Pada tahun 1944, Jepang pernah menjanjikan kemerdekaan kepada Indonesia. Itu artinya, Bangsa Indonesia membutuhkan bendera yang akan dikibarkan saat hari kemerdekaan nantinya. Pada saat itu, tidak mudah untuk mendapatkan kain, apalagi semua barang-barang impor masih di tangan Jepang.
Dengan bantuan seorang pembesar Jepang yang pro Indonesia, akhirnya Bu Fatmawati berhasil mendapatkan kain berwarna merah dan putih. Kain itulah yang dijahit oleh tangan Ibu Fatmawati untuk membuat bendera ukuran 2 x 3 cm. Pada tanggal 17 Agustus 1945, akhirnya bendera itu berkibar di depan rumahnya, Jalan Pegangsaan Timur 56, Jakarta.
Sebenarnya masih banyak lagi pahlawan-pahlawan Indonesia yang bisa kamu ketahui sejarahnya. Buku 100 Pahlawan Nusantara yang diterbitkan oleh Cikal Aksara ini menjawab semua rasa penasaran kamu terhadap pahlawan-pahlawan nasional.
Buku yang ditulis oleh Tim Sunrise Pictures ini mengajak kamu mengenal dan meneladani para pahlawan melalui kisah perjuangan mereka dalam mewujudkan dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Buku setebal 53 halaman ini dibagi menjadi tiga bagian, yaitu pahlawan sebelum kebangkitan nasional; pahlawan pegerakan nasional, kemerdekaan, dan setelah kemerdekaan Indonesia; serta pahlawan revolusi. Mengenal pahlawan-pahlawan Nusantara semakin menyenangkan karena disertai ilustrasi mengagumkan dari tokoh-tokoh tersebut.