Siapa sih yang tidak suka dengan cokelat? Mulai dari anak-anak hingga orang dewasa pasti suka dengan makanan yang satu ini. Apalagi setelah diolah, cokelat bisa “menyihir” lidah siapapun yang menyicipinya. Rasanya yang manis dan tampilannya yang menggiurkan mata, bisa membuat kita ketagihan untuk terus mencobanya.
Namun, tahukan kamu proses pembuatan cokelat? Kalau belum tahu, yuk, kita ikuti cerita kak Mitha Yanuarti tentang proses pembuatan cokelat dalam buku Cokelat yang diterbitkan oleh AgroMedia Pustaka.
Cokelat yang biasa kita makan, sebenarnya berasal dari biji-biji dalam buah kakao. Buah kakao itu sendiri, bentuknya seperti timun atau pepaya. Bulat dan memanjang. Sebelum matang, buah kakao berwarna hijau atau ungu. Jika sudah matang, berwarna kuning keemasan atau ungu tua. Biji-biji kakao yang terdapat di dalam buah kakao ini rasanya pahit dan berwarna putih.
Sebelum dibuat menjadi cokelat, biji kakao mentah harus diproses terlebih dahulu. Proses pertama adalah fermentasi. Proses ini penting untuk mendapatkan kakao yang berkualitas tinggi dan mengurangi rasa pahit kakao. Proses ini berlangsung selama tiga hingga sembilan hari. Setelah proses ini selesai, barulah biji kakao ini siap dikeringkan.
Pada proses kedua ini, pengeringan dilakukan selama beberapa hari atau seminggu. Selama dikeringkan, biji kakao harus terus dibolak-balik agar kering secara merata. Setelah kering, berat biji kakao akan berkurang hingga setengahnya, warnanya menjadi lebih cokelat dan aromanya lebih kuat.
Setelah melalui kedua proses tadi, barulah biji kakao tersebut bisa diolah menjadi cokelat. Pengolahannya dilakukan dengan bantuan mesin. Biji-biji tersebut diubah menjadi butiran, cairan, mentega, batangan, atau bubuk kakao. Setelah itu, kakao dibuat menjadi aneka produk cokelat yang biasa kita nikamati.