Meningkatkan Produktivitas Kaboca, Melon, dan Semangka Hibrida dengan EMP

Tanaman buah hibrida di Indonesia sedang marak dan bisa dibilang kebanjiran pesanan. Di antaranya ialah buah kaboca, melon, dan semangka. Spesifikasi buahnya lebih unggul dibandingkan buah lokal. Misalnya, kaboca hibrida memiliki ukuran yang lebih besar, tekstur dagingnya padat, pulen, rasanya lebih manis dan gurih, serta memiliki aroma yang harum. Permintaan pasar semakin meningkat, baik dari pasar domestik maupun ekspor.

Memang pada mulanya, penanaman ketiga jenis buah ini berjalan lancar dengan tingkat produksi yang memuaskan. Namun, beberapa tahun terakhir ini banyak petani yang mengeluhkan tentang rendahnya produktivitas tanaman dan beragamnya kendala yang dihadapi di lapangan. Padahal, dari segi kualitas, benih hibrida diperoleh dari perusahaan-perusahaan benih besar yang telah terjamin mutunya. Bahkan, beberapa di antaranya justru telah dikembangkan sehingga memiliki keunggulan dibandingkan dengan benih-benih yang dihasilkan sebelumnya.

Ternyata, penurunan produktivitas tanaman ini bukan terletak pada pengadaan bibit dan sistem pemeliharaannya. Akan tetapi, disebabkan oleh faktor penurunan kesuburan tanah, baik karena terganggu keseimbangan agroekosistem maupun karena penyerapan unsur hara yang terlalu besar oleh penanaman sebelumnya. Dengan penambahan kotoran ternak sekalipun, belum bisa mengembalikan kesuburan tanah secara maksimal.

Sedangkan jika menggunakan pupuk kimia, bisa mengakibatkan keseimbangan kondisi biologi, kimia, dan fisik tanah terganggu. Pupuk kimia bisa membunuh berbagai mikroba pengurai unsur hara tanah. Alih-alih meningkatkan kesuburan tanah, yang terjadi justru tanah menjadi keras dan tidak gembur lagi sehingga kesuburannya semakin merosot. Kebutuhan pupuk pun jadi semakin besar dan meningkatkan biaya operasional pertanian. Tentu hal ini menjadi beban berat dan sangat merugikan bagi petani.

Pertanyaannya, bagaimanakah solusinya? Menyikapi fenomena ini, banyak praktisi pertanian beralih ke sistem pertanian organik dengan konsep back to nature. Konsep ini menghindari pemakaian pupuk kimia dan benih hibrida. Pada kenyataannya, konsep ini pun masih memiliki kekurangan. Pasalnya, penggunaan bibit lokal akan menambah waktu masa panen dan tingkat produktivitas yang rendah. Produksi yang dihasilkan tidak secepat dan sebanyak tanaman yang dihasilkan dari bibit tanaman hibrida.

Untuk menengahi masalah di atas, kini telah ditemukan teknologi baru yang memadukan konsep organik tanpa menghilangkan penggunaan tanaman hibrida. Teknologi ini disebut Effective Microorganism Procedure (EMP) yang merupakan teknologi aplikasi inokulan mikroorganisme efektif (pupuk hayati) dalam proses produksi pertanian. Teknologi ini memiliki banyak keunggulan dibandingkan teknologi pertanian lainnya. Di antaranya, bisa menekan penggunaan pupuk kimia (35%), pupuk kandang dan bokhasi (50%), meningkatkan produksi hingga 20%, menekan dampak negatif residu pestisida, dan mengembalikan keseimbangan kesuburan tanah.

Nah, berkaitan dengan itu, AgroMedia Pustaka menerbitkan buku Bertanam Kaboca, Melon, & Semangka Hibrida dengan Teknologi EMP. Buku ini akan memandu Anda dalam menerapkan konsep pertanian tanaman hibrida berbasis organik, terutama pada tanaman semangka non-biji, melon, dan kaboca. Tentu saja tanpa melupakan aspek manfaat, keunggulan, dan keuntungan yang ditawarkan oleh teknologi ini agar Anda bisa membuktikannya sendiri.

Buku ini disusun oleh Ir. Wahyudi, seorang konsultan pertanian dan trainer hortikultura yang telah lama menggali ilmu pertanian. Dibahas mulai dari penjelasan fenomena dan kendala konsep pertanian, mekanisme teoritis teknologi EMP, hingga aplikasi penanaman kaboca hibrida, melon hibrida, dan semangka hibrida dengan teknologi EMP. Setiap prosesnya dibahas secara bertahap mulai dari persyaratan tumbuh, contoh varietas, persemaian, pemupukan, pemeliharaan, hingga pemanenan.

Selain itu, penulis juga melengkapinya dengan analisis usaha setiap jenis usaha pertanian dari ketiga jenis buah tersebut. Analisis usaha ini berisi asumsi biaya pertanian dalam skala 10.000 m², keuntungan yang diperoleh, benefit cost ratio, dan tabel jadwal kegiatan mingguan bertanam.

Related Post