Prospek Bagus Bisnis Budi Daya Belut dan Sidat

Sidat dan belut semakin tinggi peminatnya. Tidak saja di dalam negeri, tetapi di luar negeri, salah satunya Jepang.  Menurut data Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan (Kementerian Kelautan dan Perikanan), permintaan belut di Jakarta setiap harinya membutuhkan 20 ton.  Sementara itu, kebutuhan pasar di Yogyakarta mencapai 30 ton per hari.

 

 

Sidat dan belut semakin tinggi peminatnya. Tidak saja di dalam negeri, tetapi di luar negeri, salah satunya Jepang.  Menurut data Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan (Kementerian Kelautan dan Perikanan), permintaan belut di Jakarta setiap harinya membutuhkan 20 ton.  Sementara itu, kebutuhan pasar di Yogyakarta mencapai 30 ton per hari.

Kebutuhan puluhan ton sidat dan belut, salah satunya disalurkan untuk industri makanan olahan. Belut dan sidat dikenal memiliki rasa yang enak dan gurih. Selain itu, kandungan gizinya cukup baik dan kaya protein. Belut baik untuk meningkatkan kesehatan dan meningkatkan kekenyalan kulit, serta baik untuk meningkatkan daya ingat.

Dalam skala ekspor, belut dan sidat dari Indonesia dikirim ke berbagai negara seperti Singapura, Taiwan, Hongkong, Jepang,  Thailand, dan Korea.

Puncak permintaan belut biasanya terjadi sekitar bulan Juli hingga Agustus. Bahkan sampai melebihi permintaan, akibat dari ketersediaan belut tangkapan yang menipis. Tentu hal ini bisa menjadi peluang bagi para pebisnis.

Permintaan untuk pasar belut lokal banyak berasal dari Jawa Barat,  Sumatera Barat, dan Yogyakarta. Di pasar Ciroyom, Bandung setiap harinya membutuhkan pasokan belut sekitar 500 Kg belut. Sementara itu, di pasar Godean memerlukan suplai 7 kwintal.

Untuk pasar lokal dan ekspor, jumlah produksi belut dan sidat masih tergolong rendah. Hal ini disebabkan sedikitnya jumlah pembudidaya belut dan sidat.  Para petani ikan lebih memilih untuk membudidayakan ikan mas atau lele. Selain ini pengetahuan budi daya belut di masyarakat pun terbatas.

Harga belut di pasaran saat ini sekitar Rp10.000—Rp15.000/Kg.  Ketika musim kemarau harga jual belut melonjak sekitar Rp20.000 sampai Rp30.000. Sementara itu, untuk ekspor harga per kilogram belut bisa lebih dari Rp25.000.

Soal pemasaran belut, relatif mudah, karena para pengepul biasanya akan mendatangi langsung para pemilik kolam.  Belut-belut tersebut akan dijual dalam keadaan hidup atau beku. Belut dalam bentuk beku inilah yang akan diekspor. Sementara itu, untuk yang masih hidup akan dipasarkan di market lokal. 

Nah, jika berminat dengan bisnis budi daya pada tahun 2016 ini, Agromate bisa

mencoba beternak belut dan sidat dari area kolam kecil, misalnya 4 x 3 meter atau disesuaikan dengan lahan pekarangan. Jika hal ini berhasil dan berkembang, baru lakukan di area yang lebih luas, secara bertahap dan disesuaikan dengan tenaga, waktu, dan anggaran.

Pelajari langkah praktisnya dalam buku Budi Daya Belut dan Sidat Gak Pake Masalah. Dalam buku ini diberikan langkah untuk pemula yang ingin membudidayakan belut dan sidat dalam skala kecil. Cara kreatif ini bermanfaat untuk mengatasi keterbatasan lahan dan biaya. 

Buku ini memberikan solusi jitu bagi Anda yang tertarik mencicipi keuntungan dari budi daya belut dan sidat.  Ada prospek menjanjikan dari budi daya dan bisnis belut dan sidat. Buku ini dilengkapi cara memilih kolam, membuat media, pemeliharaan, pemanenan, dan analisis usaha.

Related Post