Tanaman Sambung Nyawa (Gynura Procumbens) Sebagai Terapi Hipertensi Mudah dan Murah, Awal Baik Untuk Hidup Sehat

Andi Ashady Fitrah Pawallangi
Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada

Hipertensi adalah keadaan meningkatnya tekanan darah sistolik lebih besar dari 140 mmHg dan atau diastolik lebih besar dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran dengan selang waktu 5 menit dalam keadaan cukup istirahat/tenang.1

Hipertensi atau yang biasa dikenal masyarakat dengan sebutan “darah tinggi” kini sudah merajalela.  Data WHO tahun 2008 menunjukkan di seluruh dunia ada sekitar 987 juta jiwa atau sekitar 26,5% penghuni bumi yang mengidap hipertensi dengan perbandingan 28,1% pria dan 25% wanita. Angka ini kemungkinan akan meningkat menjadi 29,2% di tahun 2025.  Dari 987 juta pengidap hipertensi, 333 juta berada di negara maju dan 654 juta sisanya berada di negara sedang berkembang, temasuk Indonesia.2  

Di Indonesia masalah hipertensi cenderung meningkat3. Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001 menunjukkan bahwa 8,3% penduduk menderita hipertensi dan meningkat menjadi 27,5% pada tahun 2004.4 Kelompok Kerja Serebrokardiovaskuler FK UNPAD/RSHS tahun 1999, menemukan prevalensi hipertensi sebesar 17,6%,5,6 dan MONICA Jakarta tahun 2000 melaporkan prevalensi hipertensi di daerah urban adalah 31,7%. Sementara untuk daerah rural (Sukabumi) FKUI menemukan prevalensi sebesar 38,7%.5

Hasil SKRT 1995, 2001 dan 2004 menunjukkan penyakit kardiovaskuler merupakan penyakit nomor satu penyebab kematian di Indonesia dan sekitar 20–35% dari kematian tersebut disebabkan oleh hipertensi.4 Penelitian epidemiologi membuktikan bahwa hipertensi berhubungan secara linear dengan morbiditas dan mortalitas penyakit kardiovaskular.3-6

Hipertensi merupakan salah satu penyakit kompleks karena banyak factor yang mempengaruhi terjadinya penyakit ini, antara lain volume sirkulasi dan resistensi perifer yang meningkat merupakan patofisiologi utama penyakit ini. System renin-angiotensin-aldosteron bersama dengan kelainan tubulus ginjal, serta disfungsi maupun kerusakan endotel juga turut andil sebagai penyebab penyakit ini.7-10

Hipertensi sering disebut sebagai “silent killer” karena seseorang tidak akan mengetahui bahwa dia terkena hipertensi sampai dia pergi kefasilitas kesehatan untuk memeriksakan tekanan darahnya. Hipertensi akan menunjukkan gejala dan tanda-tanda yang sangat mudah dikenali oleh masyarakat, yaitu sakit kepala, pusing, mual, penglihatan yang kabur serta sakit didaerah dada.11

Hipertensi dapat menyebabkan penyakit-penyakit dengan tingkat mortalitas dan morbiditas yang tinggi seperti Penyakit Jantung Koroner (PJK) serta Penyakit Ginjal Kronis (PGK).12,13 Hipertensi dan penyakit jantung coroner memiliki kaitan yang sangat erat. Ada beberapa pathogenesis yang saling berkaitan antara dua penyakit ini. Hipertensi menyebabkan disfungsi endotel, memperburuk proses artheloscerosis, dan juga hipertensi berkontribusi langsung dalam memperburuk plak artherosclerosis. Hipertrofi ventrikel kiri jantung yang merupakan komplikasi dari hipertensi mengakibatkan berkurangnya pasokan oxygen dan kedua mekanisme tersebut berkontribusi secara langsung dalam proses terjadinya myocardial ischemia.14,15,16

Pada saat ini penyakit jantung merupakan penyebab kematian nomor satu di dunia. Pada tahun 1999 sedikitnya 55,9 juta atau setara dengan 30,3 % kematian diseluruh dunia disebabkan oleh penyakit jantung. Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO), 60 % dari seluruh penyebab kematian penyakit jantung adalah penyakit jantung koroner (PJK).17 Di Indonesia, penyakit jantung juga cenderung meningkat sebagai penyebab kematian. Data survey kesehatan rumah tangga (SKRT) tahun 1996 menunjukkan bahwa proporsi penyakit ini meningkat dari tahun ke tahun sebagai penyebab kematian. Tahun 1975 kematian akibat penyakit jantung hanya 5,9 %, tahun 1981 meningkat sampai dengan 9,1 %, tahun 1986 melonjak menjadi 16 % dan tahun 1995 meningkat menjadi 19 %. Sensus nasional tahun 2001 menunjukkan bahwa kematian karena penyakit kardiovaskuler termasuk penyakit jantung koroner adalah sebesar 26,4 %,(7) dan sampai dengan saat ini PJK juga merupakan penyebab utama kematian dini pada sekitar 40 % dari sebab kematian laki-laki usia menengah.17

Penyakit Ginjal Kronis juga merupakan penyakit yang berbahaya yang juga disebabkan oleh hipertensi. Penyakit Ginjal Kronis adalah hilangnya fungsi utama ginjal yaitu membuang limbah dan air yang berlebih dari dalam tubuh secara bertahap.18 hubungannya dengan hipertensi, tekanan darah yang tinggi secara terus menerus akan merusak pembuluh darah diseluruh tubuh. Jika pembuluh darah yang berada diginjal rusak, maka fungsi ginjal akan terganggu dan menyebabkan ginjal berhenti untuk membuang sisa sampah dalam tubuh dan kadar air yang berlebih dalam tubuh. Nantinya cairan ekstra yang masih berada dalam tubuh juga akan menyebabkan tingginya tekanan darah, sehingga terjadilah siklus yang berbahaya ini.19

Untuk kejadian penyakit ini, Di Kanada 1,9-2.300.000 orang memiliki penyakit ginjal kronis, Di AS, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit menemukan bahwa CKD yang terkena 16,8% diperkirakan orang dewasa berusia 20 tahun dan lebih tua, selama tahun 1999 hingga 2004, dan 8,8% dari penduduk Britania Raya dan Irlandia Utara telah terkena CKD. 19,20 di Indonesia sendiri, Studi populasi di empat kota yakni Jakarta, Yogyakarta, Surabaya dan Bali yang melibatkan sekitar 10.000 pasien dengan metode Modification Diet in Renal Disease (MDRD) menunjukkan bahwa prevalensi CKD sebesar 8,9  persen penduduk Indonesia.21 dari kedua penyakit tersebut dapat kita simpulkan bahwa hipertensi dapat menjadi sangat buruk jika tidak diatasi sedini mungkin, karena dampaknya yang sangat berbahaya bagi keberlanjutan hidup seseorang.

Ada dua cara yang dapat ditempuh untuk menurunkan tekanan darah, yaitu : dengan merubah gaya hidup contohnya: kurangi konsumsi garam >6 gr per hari, makan makanan yang sehat, rendah lemak, serta konsumsi buah dan sayur, berolahraga, tidak merokok dan tidak meminum minuman beralcohol, mengurangi konsumsi kafein, dan menurunkan berat badan22-24. Namun cara tersebut sering dirasa terlalu sulit dan memakan waktu yang terlalu lama bagi sebagian orang, sehingga banyak orang yang jenuh sehingga mencari alternative lain yaitu menggunakan terapi obat.

 Obat-obatan yang sering digunakan untuk terapi hipertensi adalah Beta-Blockers, ACE Inhibitor, Angiotensin antagonis, Ca-channel blocker, alpha-blocker, alpha-beta-blocker, nervous system inhibitor, dan vasodilator 24. Namun obat-obat tersebut memiliki harga yang mahal serta hanya terdapat pada fasilitas-fasilitas kesehatan tertentu seperti apotik, rumah sakit, serta puskesmas, dan hal tersebut tentunya akan menyulitkan bagi masyarakat dengan ekonomi lemah serta mereka yang tinggal jauh dari fasilitas kesehatan.

Tanaman sambung nyawa (Gynura procumbens) atau yang biasa disebut ngokilo (bahasa jawa) Berasal dari daerah Afrika yang beriklim tropis, dan menyebar ke Srilangka, Sumatera dan Jawa. Tumbuh liar di pekarangan, ladang, semak, selokan dan tempat-tempat lain. Tumbuh dengan baik sampai ketinggian 500 m di atas permukaan laut25-27. Tanaman ini merupakan jenis tanaman perdu, berikut ini klasifikasinya secara lengkap:

Daun tanaman Gynura procumbens mengandung senyawa flavonoid, sterol tak jenuh,triterpen, polifenol dan minyak atsiri 30. Hasil penelitian lain melaporkan bahwa tumbuhan ini mengandung senyawa flavonoid, tanin, saponin, steroid, triterpenoid, asam klorogenat, asam kafeat, asam vanilat, asam para kumarat, asam p-hidroksi benzoat 31. Sugiyanto et al. (2003) juga menyatakan berdasarkan penelitian yang dilakukan bahwa dalam fraksi polar etanol daun tanaman Gynura procumbens terdapat tiga flavonoid golongan flavon dan flavonol32. Penelitian oleh Idrus (2003) menyebutkan bahwa Gynura procumbens mengandung sterols, glikosida sterol, quercetin, kaempferol-3-O-neohesperidosida, kaempferol-3-glukosida, quercetin -3-O-rhamnosyl (16) galaktosida, quercetin-3-O-rhamnosyl(1-6)glukosida33.

Dalam beberapa jurnal disebutkan bahwa daun sambung nyawa (Gynura procumbens) dapat menurunkan tekanan darah sistolik pada tikus SHR setelah administrasi oral setiap harinya selama 4 minggu dengan dosis 500mg/kg berat badan, serta mencegah terjadinya kerusakan pada jaringan pembuluh darah. Mekanismenya adalah dengan menurunkan kadar Lactate Dehydrogenase (LDH) serta Creatin Phosphate Kinase (CPK)34. LDH dan CPK merupakan biomarker penting untuk myocardiac ischemia pada penderita hipertensi35.

Mekanisme yang lain adalah dengan meningkatkan meningkatkan konsentrasi serum NO (Nitrite Oxide). NO merupakan molekul kecil yang berfungsi sebagai vasodilator, kadar NO yang berkurang menyebabkan disfungsi endotel sehingga hipertensi terjadi36,37. Pemberian Gynura procumbens akan menyebabkan peningkatan kadar NO secara signifikan, sehingga dapat dijadikan agen untuk hipotensi34.

Penelitian oleh See-Ziau Hoe dkk. dari Departement of Physiology and Molecular Medicine, Faculty of Medicine, University of Malaya, Malaysia pada tahun 2006 menggunakan objek tikus.  Penelitian ini membuktikan bahwa tanaman sambung nyawa memiliki aktivitas hipotensif melalui penghambatan aktivitas enzim pengonversi angiostenin27.

Penelitian oleh Endang Hardini dari Departemen Farmasi Program Pendidikan Pasca-Sarjana, Institut Teknologi Bandung pada tahun 1990 menggunakan objek tikus putih jantan dewasa.  Penelitian ini membuktikan bahwa tanaman sambung nyawa memiliki aktivitas hipotensif yang bisa menghambat efek tiramin dan efedrin, dan diduga bisa menghambat kerja obat simpatomimetik yang bisa menaikkan tekanan darah, namun tidak menghambat peningkatan tekanan darah oleh hormon adrenalin dan non adrenalin27.

Dari berbagai penelitian yang telah disebutkan sebelumnya, tanaman sambung nyawa memiliki berbagai macam khasiat, seperti menurunkan kadar gula darah, lemak dan tekanan darah. Di sisi lain, makanan khas masyarakat Indonesia cenderung banyak mengandung lemak, gula, garam yang bisa menyebabkan hipertensi, serta bahan pengawet yang bersifat racun.  Untuk itu, pemanfaatan tanaman sambung nyawa baik dilakukan untuk mencegah penyakit yang bisa timbul akibat bahan makanan tersebut.  Pengolahan tanaman sambung nyawa pun dilakukan dengan memanfaatkan daun yang dijadikan lalap sebagai “teman makan”38.  

Penelitian telah membuktikan bahwa daun sambung nyawa tidak memiliki racun sehingga aman untuk dikonsumsi.  Namun daun sambung nyawa memiliki efek hipotensif (bisa menurunkan tekanan darah), sehingga disarankan daun sambung nyawa sebaiknya tidak dikonsumsi lebih dari 10 lembar setiap harinya. Beberapa makanan yang bisa dinikmati dengan lalapan daun sambung nyawa adalah rendang dan opor ayam yang disajikan terpisah pada sebuah piring.  Lalapan ini juga bisa disantap bersama mentimun, daun dewa ataupun daun pegagan38.

Selain dijadikan lalapan terpisah, daun sambung nyawa juga bisa disajikan dengan cara diiris dan dicampur bersama makanan, seperti sambal goreng jeroan dan sate kambing.  Sambung nyawa juga bisa dijadikan oseng-oseng. Untuk mengobati hipertensi sendiri, daun sambung nyawa bisa dijadikan air rebusan.  Caranya, 7 lembar daun sambung nyawa bersama 15 gram daun seledri segar direbus dengan kira-kira 2 gelas air sampai menjadi segelas air.  Air rebusan itu diminum 3 kali sehari masing-masing sepertiga gelas38.

Sambung nyawa dapat tumbuh pada hampir semua jenis tanah termasuk tanah vulkanik, tanah gambut dan tanah sedimentasi tua, asalkan cukup gembur.  Tanaman ini baik ditanam pada musim peralihan antara hujan dan kemarau. Pengadaan bibit tanaman sambung nyawa bisa dilakukan dengan cara membeli bibit jadi maupun dengan pembibitan sendiri38.

Pembibitan sendiri dilakukan dengan cara membuat stek batang atau stek pucuk.  Pembibitan secara stek bisa dilakukan di dalam polibag maupun lahan terbuka. Pembibitan dalam media polibag umumnya dilakukan dengan menggunakan stek batang yang panjangnya 7 – 15 cm atau minimal memiliki 3 ruas dan daunnya sudah dipotong.  Untuk mempercepat pertumbuhan akar, stek batang bisa direndam dalam air kelapa.  Bahan media tersebut menggunakan tanah dan kompos dengan perbandingan 1 : 138.  

Ukuran polibag yang digunakan cukup kecil saja, berdiameter 15 cm atau 20 cm diisi sampai memenuhi 90% ketinggian polibag.  Penanaman tidak boleh dilakukan dengan langsung menusukkan stek batang pada tanah, tapi harus dibuat lubang kecil dulu.

        Gambar 2. Tanaman sambung nyawa dalam polybag

Pada saat awal penanaman, sambung nyawa tidak boleh terlalu banyak terkena sinar matahari sampai satu bulan pertama.  Penyiraman dapat dilakukan sekali sehari dengan melihat kondisi media, bila tanah kering sebaiknya disiram, bila tanah basah penyiraman tidak perlu dilakukan.  Tiga minggu kemudian setelah daun tumbuh 4 – 6 helai, tanaman sudah bisa dipindahkan ke lahan terbuka.

Bila pembibitan dilakukan pada lahan, prinsip yang digunakan sama seperti pembibitan pada polibag menggunakan stek batang dengan panjang 10 – 15 cm dan ditanam dengan membuat lubang tanam terlebih dahulu.   Penanaman mulanya dilakukan pada lahan yang berukuran lebih kecil dengan jarak kira-kira 8 cm dalam barisan dan 12 cm antar barisan.  Kemudian tanaman sambung nyawa yang sudah memiliki 4 – 6 daun sempurna bisa dipindahkan ke lahan yang lebih luas dengan dicongkel tanamannya beserta tanahnya.  Selain itu, pemindahan juga bisa dilakukan pada pot maupun polibag yang lebih besar38.

Kemudian, penyiraman dan pengairan dilakukan sehari sekali.  Penyiraman dilakukan bila tanah dalam keadaan cukup kering.  Pemupukan sambung nyawa dilakukan dengan menggunakan pupuk ZA secukupnya.  Kenmudian bila ada tanaman pengganggu disekitarnya, tanaman pengganggu tersebut harus dicabut38.

Panen daun sambung nyawa dilakukan ketika tanaman sambung nyawa telah menghasilkan 10 daun.  Daun sambung nyawa yang diambil adalah daun yang sudah tua tetapi belum menguning38.

Tanaman Sambung Nyawa merupakan tanaman yang sangat mudah digunakan sebagai obat dan sangat mudah dalam hal pembudidayaannya sehingga dapat menjadi penolong bagi masyarakat yang terkena hipertensi yang jauh dari fasilitas kesehatan dan termasuk dalam golongan ekonomi rendah. Dengan tanaman ini, diharapkan kasus hipertensi baik di Indonesia dan dunia dapat dicegah bahkan berkurang, mengingat dampak dari penyakit ini yang sangat berbahaya bagi keberlanjutan hidup manusia. Fungsi tanaman sambung nyawa yang sejauh ini hanya untuk terapi kanker diharapkan juga dapat diteliti lagi untuk menemukan fungsi lain dari tanaman ini, sehingga memperkaya khasanah tanaman herbal terutama yang berada di Indonesia.


REFERENSI
1. Departemen Kesehatan RI. 2009. Profil Kesehatan Indonesia 2009. Jakarta
2. WHO.2008. Blood pressure, Raised blood pressure (SBP ≥ 140 OR DBP ≥ 90) 2008.  Diambil dari http://apps.who.int/ghodata/?vid=2490# diakses pada 20 Mei 2012 Jam 08.00
3. In: Mansjoer A, ed. Hipertensi di Indonesia. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius;1999.p.518-21.
4. Departemen Kesehatan. Survei kesehatan nasional. Laporan Departemen Kesehatan RI. Jakarta. 2004.
5. Basuki B, Setianto B. Age, body posture, daily working load – past antihypertensive drugs and risk of hypertension: a rural Indonesia study. Med J Indon. 2001;10(1):29-33
6. Darmojo B. Mengamati penelitian epidemiologi hipertensi di Indonesia. Disampaikan pada seminar hipertensi PERKI. 2000.
7. Oxford Cardiology Library.2011. Pathophysiology of Hypertension. Oxford Medicine online. Diambil dari http://oclhyper.oxfordmedicine.com/cgi/ content /abstrac/1/1/med-9780199547579-chapter-2 diakses pada 23 Mei 2012 pukul 14.00
8. Taylor AA. 2001. Pathophysiology of hypertension and endothelial dysfunction in patients with diabetes mellitus. Endocrinology and Metabolism Clinics of North America [2001, 30(4):983-97]9. Stèphane Laurent MD, PhD, Pierre Boutouyrie MD, PhD, Athanase Benetos MD, PhD. 2007. Pathophysiology of Hypertension in the Elderly. The American Journal of Geriatric Cardiology Volume 11, Issue 1, pages 34–39
10. Gareth Beevers, Gregory Y H Lip,  Eoin O’Brien. 2001. The pathophysiology of hypertension. BMJ 2001;322:912.1.
11. T. Bahri Anwar Djohan.2004. Patofisiologi Dan Penatalaksanaan Penyakit Jantung Koroner. e-USU Repository, Sumatera Utara.
12. National Kidney Foundation. 2012. About chronic kidney disease. Diambil dari http://www.kidney.org/kidneydisease/aboutckd.cfm diakses pada 21 mei 2012.
13. E Escobar.2002. Hypertension and coronary heart disease. Journal of Human Hypertension (2002) 16 (Suppl 1), S61–S63.
14. Strauer BE. Coronary hemodynamics in hypertensive heart disease. Basic concepts, clinical consequences, andexperimental analysisofregression ofhypertyensive microangiopathy. Am J Med 1988;84 (Suppl 3A): 45–54.
15. Tomanek RJ et al. Morphometry of canine coronaryarteries, arterioles,and capillaries during hypertension and left ventricular hypertrophy. Circ Res 1986;58: 38–46.
16. Supriyono, Mamad (2008) Faktor-Faktor Risiko Kejadian Penyakit Jantung Koroner (PJK) Pada Kelompok Usia < 45 Tahun. (Studi Kasus di RSUP Dr. Kariadi Semarang dan RS Telogorejo Semarang). Jurnal Epidemiologi
17. Medlineplus.2012. Chronic Kidney Disease. Diambil dari http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/000471.htm diakses pada 22 Mei 2012.
18. National Kidney and Urologic Diseases Information Clearinghouse.2008. High Blood Pressure and Kidney Disease. U.S. Department of Health and Human Service.
19. CDC.2007. Prevalence of Chronic Kidney Disease and Associated Risk Factors. Diambil dari http://www.cdc.gov/mmwr/preview/mmwrhtml /mm5608a2.htm. Diakses pada 22 mei 2012
20. Asosiasi Observatorium Kesehatan Masyarakat.2007. Estimasi Prevalensi Penyakit Ginjal Kronis. Diambil dari : Http://www.apho.org.uk /resource/item.aspx?RID=63798 Diakses pada 23 mei 2012
21. Tribun News. 2012. 8,9 Persen Penduduk Alami Gangguan Ginjal Kronis. Diambil dari http://www.tribunnews.com/2012/03/07/89-persen-penduduk-alami-gangguan-ginjal-kronis diakses pada 22 mei 2012.
22. WebMD.2012. An Overview of High Blood Pressure Treatment. Diambil dari http://www.webmd.com/hypertension-high-blood-pressure/guide/ hypertension – treatment-overview. Diakses pada 22 mei 2012.
23. NHS.2012. High blood pressure (hypertension) – Treatment. Diambil dari http://www.nhs.uk/Conditions/Blood-pressure-(high)/Pages/Treatment.aspx. Diakses pada 23 mei 2012.
24. NHLBI.2012. Treatment of High Blood Pressure. Diambil dari http://www.nhlbi.nih.gov/hbp/treat/treat.htm. Diakses pada 23 mei 2012.
25. Thomas, A.N.S., 1989, Tanaman Obat Tradisional, 120-121, Penerbit Kanisius, Yogyakarta.
26. Sudarsono, Gunawan, D., Wahyuono, S., Donatus, I.A., dan Purnomo, 2002, Tumbuhan Obat II, Hasil Penelitian, Sifat-sifat dan Penggunaan, 96-100, Pusat Studi Obat Tradisional, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
27. Winarto, W P. 2003. Sambung Nyawa Budi Daya dan Pemanfaatan untuk Obat. (Depok : Penebar Swadaya)
28. Backer, C.A., dan Van Den Brink, R.C.B., 1965, Flora of Java (Spermatophytes Only), Vol II, N.V.P, 363-364, 424-425, Noordhoff-Groningen, The Netherlands.
29. Gambar diambil dari http://sahabatstroke.blogspot.com/2010/05/sambung-nyawa.html diakses pada 22 mei 2012.
30. Sudarsono, Gunawan, D., Wahyuono, S., Donatus, I.A., dan Purnomo, 2002, Tumbuhan Obat II, Hasil Penelitian, Sifat-sifat dan Penggunaan, 96-100, Pusat Studi Obat Tradisional, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
31. Suganda, A., Sudiro, I., dan Ganthina, 1988. Skrining Fitokimia dan Asam Fenolat Daun Dewa (Gynura procumbens (Luor) Merr), Simposium Penelitian Tumbuhan Obat III, Universitas Indonesia, Jakarta.
32. Sugiyanto, Sudarto, B., dan Meiyanto, E., 1993, Efek Penghambatan Karsinogenisitas Benzo(a)piren Oleh Preparat Tradisional Tanaman Gynura sp. Dan identifikasi Awal Senyawa yang Berkhasiat, Laporan Penelitian P4M DitJen DikTi, Fak. Farmasi UGM, Yogyakarta.
33. Sugiyanto, Sudarto, B., Meiyanto, E., Nugroho, A.E., dan Jenie, U.A., 2003, Aktivitas Antikarsinogenik Senyawa yang Berasal dari Tumbuhan, Majalah Farmasi Indonesia, 14 (4), 216-225.
34. Mi-Ja Kim, Hee Jae Lee, Sumali Wiryowidagdo, and Hye Kyung Kim. 2006. Antihypertensive Effects of Gynura procumbens Extract in Spontaneously Hypertensive Rats. J Med Food 9 (4) 2006, 587–590
35. Hropot M, Langer KH, Wiemer G, Grotsch H, Linz W: Angiotensin II subtype AT1 receptor blockade prevents hypertension and renal insufficiency induced by chronic NO-synthase inhibition in rats. Naunyn Schmiedebergs Arch Pharmacol 2003;367: 312–317
36. Moss MB, Brunini TM, Soares De Moura R, Novaes Malagris LF, Roberts NB, Ellory JC, Mann GE, Mendes Ribeiro AC: Diminished L-arginine bioavailability in hypertension. Clin Sci (Lond) 2004;107:391–397.
37. Sanchez M, Galisteo M, Vera R, Villar IC, Zarzuelo A, Tamarg J, Perez-Vizcaino F, Duarte J: Quercetin downregulates NADPH oxidase, increases eNOS activity and prevents endothelial dysfunction in spontaneously hypertensive rats. J Hypertens 2006;24:75–84.
38. Tim PKM-M Desa Sambung Nyawa. 2012. Hipertensi & Tanaman Sambung Nyawa. Fakultas Kedokteran, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Related Post