Pemilihan lokasi dan lahan untuk usaha pembenihan dan pendederan ikan mas harus memenuhi beberapa kriteria, di antaranya teknis dan biologis, yaitu meliputi sebagai berikut.
1. Tanah.
Tanah yang baik untuk usaha pembenihan dan pendederan ikan mas adalah fiat berpasir dengan perbandingan tanah fiat dan pasir 3 : 2.
Tanah jenis ini umumnya bersifat padat (tidak mudah retak-retak ketika kering), kedap air, dan tidak bersifat
asam. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah tanah yang dipilih harus terbebas dari bahan beracun dan tidak berpengaruh buruk terhadap kualitas air sehingga dapat mendukung kehidupan dan pertumbuhan ikan dan biota air lainnya.
Jika tanah fiat berpasir sulit ditemukan, bisa digunakan tanah yang porous, tetapi perlu dilakukan usaha pelapisan terlebih dulu untuk mengurangi rembesan air. Pelapisan dapat menggunakan tanah liat atau bentonit (mineral liat yang bersifat sangat koloid). Pemupukan bahan organik dalam jangka panjang juga akan mengurangi perembesan air dan mengurangi kekeruhan yang disebabkan oleh lumpur dan koloid. Untuk mengatasi perembesan air pada usaha ikan mas skala besar, kolam harus dilapisi dengan plastik, beton, atau aspal.
2. Air
Usaha pembenihan dan pendederan ikan mas dapat menggunakan air hujan, air waduk, air sungai, mata air, air saluran irigasi, air permukaan, air sumur terbuka, air sumur pantek, dan air sumur artesis. Dari berbagai sumber air tersebut, air waduk dianggap yang terbaik karena endapannya cukup sedikit dan kandungan oksigen serta unsur hara yang diperlukan untuk pertumbuhan pakan alami cukup tinggi.
Sementara itu, air sumur terbuka, air sumur pantek, atau air tanah lainnya, lebih aman dari kontaminasi biota dan penyakit, tetapi miskin oksigen (02) terlarut dan kandungan karbondioksidanya (CO2) cukup tinggi. Air jenis ini harus mendapatkan perlakuan aerasi terlebih dulu sebelum dipergunakan untuk pembenihan dan pendederan ikan mas.
Beberapa kriteria kualitas air yang harus dipenuhi dalam usaha pembenihan ikan mas sebagai berikut.
Tabel parameter kualitas air untuk pembenihan ikan mas
Parameter Kualitas Air | Nilai Batas |
A. Fisika | |
Residu padat terlarut total | Maksimum 2.000 mg/I |
Padatan tersuspensi | Maksimum 400 mg/I |
Kekeruhan | Maksimum 50 JTV |
Suhu | 26-28° C (fluktuasi normal sekitar 4 derajat celsius) |
B. Kimia | |
Oksigen terlarut | Lebih besar dari 2 mg/I. Kandung, minimum 6 mg/I tidak boleh terjadi selama lebih dari 8 jam berturut-turut |
Karbondioksida | 0-12 mg/I |
pH | 6,5-8,5 |
Alkalinitas (CaCO3) | Minimum 20 mg/I |
Kesadahan total (CaCO3) | Minimum 20 mg/I |
Amonia total | Maksimum 0,02 mg/I |
Nitrit | Maksimum 0,1 mg/I |
Pestisida organoklor | Maksimum (0,01 x LC50-96 jam) mg/I |
Pestisida organofosfat | Maksimum (0,01 x LC50-96 jam) mg/I dan karbonat |
| |
Kekeruhan dapat memengaruhi kegiatan budi daya ikan mas. Air keruh yang disebabkan oleh koloid lumpur dapat mengganggu pernapasan ikan karena koloid lumpur menempel pada insang. Koloid lumpur juga bisa menutupi permukaan telur, sehingga telur ikan tidak akan menetas atau membusuk.
Tabel Kategori kekeruhan berdasarkan kedalaman air
Kedalaman Air (cm) | Keterangan |
1-25 25-50 50 | Air keruh disebabkan oleh – Plankton – Partikel tanah Optimal (plankton cukup) Air jernih disebabkan oleh jumlah plankton yang sedikit |
3. Aman dari Banjir dan Pencemaran
Faktor lain yang harus diperhatikan adalah lokasi pembenihan dan pendederan harus aman dari kemungkinan terjadinya banjir dan daerah industri yang dapat memicu terjadinya pencemaran. Jika faktor ini diabaikan, bukan mustahil usaha yang telah dilakukan bertahun-tahun akan musnah begitu saja.
4. Sarana dan Prasarana
Sarana pokok yang harus ada adalah kolam pemijahan atau kolam penetasan, kolam pemeliharaan induk, dan kolam penampungan benih. Sarana penunjangnya adalah kolam pemberokan, kolam sedimentasi, kolam penyaringan, kolam pemeliharaan ikan donor, kolam penampungan hasil, gudang pupuk, gudang pakan, gudang kimia dan obat obatan, gudang peralatan dan bangsal pengepakan. Sarana pelengkapnya berupa kantor, perumahan karyawan, toilet, ruang istirahat, dan rumah jaga. Sementara itu, prasarana utama yang mutlak tersedia adalah sumber air.
Desain,tata letak, dan konstruksi untuk sarana pokok, sarana penunjang, dan sarana pelengkap unit usaha pembenihan menuntut persyaratan tersendiri yang terkait dengan aspek biologis, teknis, dan ekonomis agar kegiatan pembenihan dapat dilakukan secara efisien.