Totalitas Itu Penting Dalam Berbisnis

Setelah 25 tahun melanglang buana di dunia pers, Kur—sapaan akrab Kurniawan Junaedhie—memutuskan untuk pensiun dini. Tahapan demi tahapan di bidang jurnalistik pun telah ia alami. Namun saat ini, namanya justru berkibar di kalangan pencinta tanaman hias.

Alasannya simple saja. “Saya masih dibutuhkan pada saat itu. Namun, saya butuh untuk mengaktualisasikan diri,” ujar pria yang berdomisili di Serpong, Tangerang ini. “Saya mau wiraswasta dan saya mau merdeka”, katanya dengan mantap.

Berdasarkan tekad itu, Kur memilih tanaman hias sebagai sasaran bisnisnya. Memelihara tanaman hias memang salah satu hobinya. Dengan mengandalkan kolega dan komunitas yang ia punya, informasi akan bisnis ini pun ia dapatkan dengan mudah.

Jika ditanya soal modal, dengan tegas ia menjawab tidak ada. “Karena yang dijual adalah koleksi saya. Koleksi itu kan nggak bisa saya katakan modal. Wong, saya jajan kok. Jadi sewaktu saya jual kan merasa bukan modal,” katanya. “Kalaupun bicara masalah modal, waktu itu modal saya hanya 10 tanaman adenium dan 50 tanaman euphorbia yang merupakan ‘hutangan’ dari teman saya. Nah, terus saya perbanyak sendiri sampai sekarang,” tambahnya.

‘Kecelakaan’ yang menguntungkan
Bak gayung bersambut, nampaknya niat Kur untuk menjalankan bisnis inipun berjalan sesuai harapan. Bahkan, iapun tak pernah memimpikan untuk memiliki gerai sendiri. Hingga suatu saat, salah satu dari tukang tanaman langganannya menawarkan sebidang tanah.

Awalnya gerai itu memang kosong. Namun, baginya, tanaman itu beranak-pinak. Dari sana, kesuksesan ia peroleh.

“Saya orang beruntung,” katanya. “Jadi, pada saat memulai bisnis ini empat tahun lalu saya mengalami apa yang dialami senior saya. Booming anthurium,” kata pemilik gerai toekangkeboen ini.

Meski baru empat tahun menjalani bisnis ini, nampaknya Kur sudah cukup mampu bersanding dengan para seniornya. Kur pun mengakui bahwa yang membedakan dirinya dengan pebisnis lain adalah background-nya sebagai seorang wartawan.

Manajemen bisnis tanaman hias ala Kur
Berbagai cara pun ia lakukan untuk membuat gerainya maju dan terkenal. Salah satunya adalah dengan melakukan pendekatan modern. Mulai dari spanduk, menjual minuman untuk para tamu yang mengunjungi gerainya, sistem pembayaran dengan menggunakan kartu kredit, dan membuka situs web toekangkeboen.com. Namun, dari sekian banyak pendekatan yang Kur lakukan, satu hal yang tidak bisa ditiru adalah dirinya sebagai penulis. “Saya bikin buku dan talkshow. Ini tidak bisa ditiru. Di sanalah letak perbedaannya,” katanya menambahkan.

Bagi pria berkulit putih ini, yang ia jual di gerainya bukan hanya tanaman. Ibarat jualan ayam goreng, yang dijual tidak cuma ayam, melainkan pula sambalnya. Karena sambal itulah yang membedakan.

Menurutnya, inti dari manajemen bisnisnya adalah memberi rasa nyaman. “Orang masuk ke sini, kemahalan aman. Artinya orang bisa memarahi saya. Kalau ada konsumen merasa kemahalan, bisa memarahi saya. Dibandingkan dengan kita beli sama orang yang jualnya sambil cemberut. Memang murah, tapi kalau dikomplain dia marah. Berarti nggak aman kan?” aku pria yang juga hobi bermain gitar dan menyanyi ini.

Positioning dalam bisnis tanaman hias
Ketika kita memutuskan untuk memasuki bisnis tanaman hias, banyak posisi yang bisa kita fokuskan. Mau jadi pedagang atau kolektor?

Menurut penulis buku Jurus Sukses Bisnis Tanaman Hias (AgroMedia, 2007) ini, penempatan posisi inilah yang kerap kali salah dilakukan oleh orang-orang yang akan memulai bisnis tanaman hias.

“Kalau ingin seperti saya, harus memosisikan diri sebagai pedagang. Pedagang itu menjual barang yang laku. Pedagang itu menjual yang terbaik. Kalau pedagang, yang bagus disodorin. Yang jelek, ya bilang jelek,” ujarnya. Hal inilah yang membedakan dengan dengan kolektor tanaman.

Jujur adalah kuncinya. Karena dari kejujuran itulah, kepercayaan dan rasa aman konsumen akan terjalin. Namun semua itu kembali lagi pada penerapan yang kita lakukan. Apakah sudah benar atau masih kurang tepat?

Prospek bisnis tanaman hias
Selain menjadi orang yang beruntung, Kur ternyata juga memiliki kelebihan untuk memprediksikan tanaman hias apa yang akan booming. Tak ayal, banyak orang yang menanyakan padanya, bagaimana prosepek bisnis ini ataupun tanaman apa yang bakal naik di tahun 2008.

Dengan penuh keyakinan, Kur pun menjawab, “Bagus!”, saat ditanya mengenai prospek bisnis tanaman hias ini. Baginya, bisnis tanaman merupakan komoditi yang luar biasa.

Namun, menurutnya, kita masih kekurangan orang yang dedicated terhadap bisnis ini. Kebanyakan dari mereka yang membuka bisnis ini hanya menjadikannya sebagai usaha sampingan. “Kita harus total. Artinya, harus memerhatikan,” tambahnya.

Dari totalitas inilah, Kur memperoleh banyak pengetahuan. Salah satunya adalah siklus tanaman hias. “Orang pada mengeluh sekarang. Kok sepi ya, kok sepi ya? Bagi saya aneh. Setelah saya memerhatikan dan mempelajari, siklus itu memang ada. Setiap habis lebaran, atau tahun baru. Ya, kita tinggal tunggu saja. Nggak usah dipusingin. Sebenarnya mereka itu ngerti, tapi nggak pernah memperhatikan,” kata pria yang juga menulis buku Panduan Praktis Perawatan Aglaonema (AgroMedia, 2006), Pesona Anthurium Daun (AgroMedia, 2006), dan Menjadi Milyarder Dari Anthurium Daun (AgroMedia, 2007).

Saat ditanya mengenai tren tanaman hias di tahun 2008 ini, Kun hanya menjawab, “Saya belum tahu. Sampai bulan Maret ini, memang belum bisa diprediksi. Siklusnya memang seperti ini,” katanya sambil menutup percakapan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *