Tren Kontes LoveBird; dari Jalal hingga Kusumo

Lovebird dikenal dengan sebutan “Si Burung Cinta.” Sekitar tahun 90-an, burung kecil dengan bulu berwarna dan berparuh merah atau kuning ini belum begitu ramai dikenal di Indonesia. Kabarnya tren Lovebird mulai meroket antara tahun 2014 hingga 2015. Pemicunya kontes Lovebird yang dimenangkan oleh Ki Kusuma dan Jalal di berbagai event lomba di daerah.

Fenomena Ki Kusuma dan Jalal, menjadi pelatuk tren perkembangan Lovebird. Tidak hanya melambungkan nama, namun berpengaruh juga pada lonjakan harga burung yang fantastis; dari puluhan juta hingga ratusan juta, bahkan kabarnya ada yang digadang dengan harga 1 milyar. Fantastis bukan?

Memang, semenjak tahun 1999 hingga 2000, kontes Lovebird sudah ada. Namun pesertanya tidak terlalu banyak. Lovebird warna mulai banyak penggemarnya di tahun 2005. Jenis Lutino, harganya bisa mencapai 15 juta rupiah.

Keunikan lain hadir pada jenis Lovebird Fallow. Cirinya mata merah seperti batu Ruby. Warna merah Ruby ini akibat dari mutasi genetik. Sementara itu, ciri khas pada bulunya berwarna “jadul”, hijau pastel. Lovebird jenis Fallow per pasang saat ini dihargai antara 50 hingga 75 juta rupiah.

Di wilayah Pulau Jawa, tren Lovebird sudah merata. Begitu juga di luar Jawa, seperti Lampung dan Palembang. Tren Lovebird bisa ditengok dari maraknya lomba burung kicauan ala Lovebird. Kontes Lovebird tingkat lokal hingga provinsi kerap digelar, hampir setiap minggu kontes burung Lovebird bisa ditemukan. Pesertanya pun kian banyak. Diprediksi ke depan, Lovebird tetap menguasai tren pada penghobi burung kicauan.

Burung asal Afrika ini, selain warnanya yang indah, Lovebird disukai karena ciri suara yang ngekek. Makin panjang suara ngekek-nya makin berpeluang menjadi jawara. Lovebird termasuk jenis burung yang suka bersuara, berisik, dan gaduh.

Burung berukuran 14 cm ini memiliki kebiasaan suka mengunyah apa saja, termasuk kayu. Terlebih lagi ketika birahi, apa sapa dipatuk. Maka tak heran jika burung ini lebih cocok dipelihara dalam sangkar besi.

Dari segi penggemar, ternyata ada yang sekedar memelihara Lovebird karena suka, tetapi ada juga karena ingin mendapatkan hadiah dari kontes Lovebird. Sebut saja Joko Supriyanto, seorang karyawan swasta yang memiliki hobi memelihara Lovebird untuk alasan membuang stres.

Berbeda dengan Joko, ada Mujianto. Karyawan asal Ciganjur ini kerap aktif mengikuti berbagai kontes Lovebird. Hampir setiap hari Sabtu dan Minggu ia lakoni dengan membawa gantangan lovebird ke arena kontes. Tidak hanya kontes di Jakarta, ia juga sering mendatangi kontes di Bekasi, Karawang, bahkan hingga ke Yogyakarta.

Kontes Lovebird Tidak Pernah Sepi

Menurut catatan Ade Sulistiyo, seorang praktisi kontes lovebird, dalam satu bulan di wilayah Bandung, Bekasi, dan Jakarta diperkirakan mencapai 600 kontes. Tidak heran jika maraknya Lovebird ini, berpengaruh positif terhadap efek perekonomian. Jika ada kontes Lovebird, otomatis segala perlengkapan Lovebird, dari penangkaran, penjualan burung di pasar, pengrajin sangkar, penjual pakan, pembuat piala kontes, juri kontes, hingga penjual makanan ringan di arena kontes lovebird, akan menuai panen.

Menghasilkan Lovebird Siap Juara

Bagaimana cara menghasilkan lovebird yang siap kontes?

Setidaknya, kita bisa melatih dan meningkatkan performa ngekek Lovebird. Caranya dengan memperdengarkan aneka suara burung master ke burung Lovebird peliharaan Anda. Tujuan ini untuk memperkaya perbendaharaan suara burung yang sedang disiapkan untuk kontes. Selain itu, makanan ekstra perlu diberikan sebelum kontes dan pada saat akan kontest.

Semua hal mengenai cara menghasilkan Lovebird juara dituangkan oleh Ade Sulistio dalam bukunya berjudul “Mencetak Lovebird Juara” terbitan Agromedia. Selamat membaca.

Salam Lovebird, agromate.

 

 

 

 

 

 

 

 

Related Post