Pemberian pakan pada ternak harus memerhatikan waktu dan tata cara pemberiannya. Dengan memahami kedua hal tersebut, peran pakan tambahan dalam memacu pertumbuhan dan produktivitas berjalan dengan optimal.
A. Waktu Pemberian.
Limbah perkebunan yang telah diolah menjadi konsentrat bisa diberikan, baik kepada ternak ruminansia (sapi, kambing) maupun ternak monogastrik (unggas).
Pada ternak ruminansia, pemberian konsentrat berfungsi sebagai pakan tambahan untuk memacu pertumbuhan atau produksi susu, sedangkan pakan utamanya tetap HPT. Pada ternak monogastrik yang pakan utamanya adalah konsentrat, limbah perkebunan hasil olahan digunakan sebagai salah satu komponen penyusun ransum.
Limbah kopi, kakao, atau mete yang telah diolah bisa diberikan sejak ternak masih kecil, fase pertumbuhan, hingga fase reproduksi. Pada ternak ruminansia dan babi, saat masa menyusui atau prasapih, pakan diberikan melalui induknya. Selanjutnya, pemberian pakan bisa dilakukan secara berangsur-angsur, sesuai dengan bertambahnya umur. Ternak sapi atau kambing muda dapat dibiasakan mengonsumsi konsentrat hingga tiba masa pascasapih. Selanjutnya, konsentrat bisa diberikan langsung pada ternak yang telah melewati masa pascasapih tersebut.
Pada ternak kambing, pemberian limbah perkebunan olahan akan efektif jika dilakukan sejak lahir (melalui induk) hingga akhir fase pertumbuhan. Pada ternak sapi, limbah perkebunan olahan akan efektif jika diberikan saat fase penggemukan (fattening), yakni ketika ternak berumur 2.53.5 tahun. Sementara itu, pada unggas (ayam dan itik), limbah perkebunan yang telah diolah bisa diberikan secara langsung sejak fase starter hingga fase reproduksi (bertelur).
B. Teknik Pemberian Pakan
Pada ternak ruminansia, limbah perkebunan olahan bisa diberikan sebagai bahan konsentrat tunggal. Pemberian bisa dilakukan secara langsung, baik dalam bentuk kering atau pasta.
Namun agar hasilnya lebih baik, seyogianya limbah perkebunan olahan dicampur dengan bahan konsentrat lain yang kandungan energinya tinggi, seperti dedak padi atau jagung dengan perbandingan yang sama. Dosis pemberian pakan per hari untuk kambing pada fase menyusui hingga prasapih sebanyak 1.01.5% dari berat badan.
Awalnya, sebagian ternak tidak segera mengonsumsi pakan limbah perkebunan dengan lahap. Ternak memerlukan waktu untuk beradaptasi. Agar ternak lebih berselera mengonsumsi pakan pada tahap awal, tambahkan sedikit garam, gula merah, atau tetes tebu ke dalam tepung limbah. Pemberian pakan limbah perkebunan untuk unggas harus dicampur dengan bahan-bahan lain. Sementara itu, dosis pemberian limbah kakao atau mete pada fase awal penggemukan (umur 45 bulan) sebanyak 2530% dan pada umur di atas 5 bulan bisa diberikan 5055% dari total berat ransum.
Pada ayam buras fase starter, limbah kopi bisa diberikan sejumlah 810%, sedangkan limbah kakao atau mete sebanyak 1215% dari total ransum. Sementara itu, untuk ayam buras pada fase grower dan layer (bertelur), limbah kopi bisa diberikan sebanyak 1516%, sedangkan limbah kakao dan mete sebanyak 1822% dari total ransum.
Tabel Dosis pemberian pakan dari limbah perkebunan pada beberapa jenis ternak
No |
Jenis Ternak |
Dosis Penggunaan (Kg)* |
||
Limbah Kopi |
Limbah Kakao |
Limbah Mete |
||
1 |
Kambing dan Domba |
|
|
|
|
– Prasapih (% x berat badan anak/hari) |
1,01,5 |
1,01,5 |
1,01,5 |
|
– Pascasapih (% x berat badan/hari) |
1,01,5 |
1,01,5 |
1,01,5 |
2 |
Sapi |
|
|
|
|
– Prasapih (% x berat badan anak / hari) |
** |
** |
** |
|
– Fase penggemukan (% x berat badan) |
0,81,2 |
0,81,2 |
0,81,2 |
3 |
Ayam Buras |
|
|
|
|
– Ayam buras petelur (% x berat ransum) |
** |
1822 |
** |
|
|
|
|
|
Keterangan:
* Dosis bukan angka maksimum, bisa dicoba dengan dosis yang lebih tinggi.
** Belum ada data hasil penelitian, tetapi bisa dicoba dengan dosis yang sama dengan pemberian dedak padi
Referensi terkait: