Itik atau yang dikenal dengan nama bebek dalam bahasa Jawa merupakan jenis unggas yang semakin naik daun. Pasalnya, selain dimanfaatkan sebagai unggas petelur, itik juga bisa dijadikan unggas pedaging. Bahkan, bulunya pun bisa dimanfaatkan. Daging itik juga memiliki rasa yang tidak kalah sedap dibandingkan dengan daging ayam atau ikan. Sangat wajar, kini banyak bermunculan tempat makan dengan menu olahan itik.
Sayangnya, tingginya permintaan terhadap itik pedaging tidak sebanding dengan pasokan yang ada. Salat satu penyebabnya, pertumbuhan itik cukup lama dan belum ada itik lokal yang khusus diarahkan sebagai itik pedaging. Akhirnya, tidak sedikit peternak yang menjual itik betina yang masih produktif sebagai itik pedaging. Padahal, itik betina produktif seharusnya diperuntukkan bagi keberlangsungan pembibitan itik.
Melihat kondisi ini, para peneliti mengembangkan itik varietas baru dengan pemurnian sifat unggul, yaitu menyilangkan berbagai induk yang memiliki sifat unggul hingga menghasilkan itik yang memiliki gabungan keunggulan sifat dan tetuanya. Itik hasil pemurnian sifat unggul ini disebut itik hibrida. Saat ini pertumbuhan itik hibrida hampir menyamai tingkat pertumbuhan ayam ras atau broiler.
Salah satu jenis itik hibrida pedaging yang telah dikembangkan dan memiliki sifat unggul adalah itik raja. Itik raja meruapkan hasil persilangan antara itik mojosari jantan dan itik alabio betina. Itik yang dikenal dengan nama itik MA (mojosari-alabio) ini diperuntukkan sebagai itik pedaging karena mampu menghasilkan bobot 1.2—1.4 kilogram hanya dalam waktu enam minggu.
Keunggulan lainnya, itik raja memiliki aroma dan rasa yang berbeda dengan itik lainnya. Aroma daging itik tidak terlalu manis serta daging yang dihasilkan lebih tebal, empuk, putih, dan gurih sehingga banyak disukai oleh konsumen. Itik raja juga lebih mudah diolah dibandingkan dengan jenis itik lainnya. Bagi pengolah itik profesional, tentu penyajiannya pun akan semakin kaya cita rasa.
Itik raja dapat dikembangkan di seluruh wilayah Indonesia karena memiliki daya adaptasi yang tinggi dengan kondisi iklim Indonesia. Jika dibandingkan dengan itik lainnya, itik raja memiliki daya tahan hidup lebih tinggi dengan tingkat stres yang lebih rendah, baik stres akibat perubahan cuaca maupun stres akibat adanya suara-suara bising. Hal inilah yang membuat itik raja tahan terhadap penyakit.
Bagaimanakah sistem budi dayanya secara cepat dan tepat? Bagaimana memilih DOD untuk bakalan pembesaran itik raja? Buku 40 Hari Panen Itik Raja terbitan AgroMedia ini akan menjelaskannya secara menyeluruh dan praktis untuk Anda. Buku ini akan memaparkan berbagai aspek budi daya itik raja, mulai dari pembahasan keunggulan itik raja, jenis-jenis itik pedaging potensial, persiapan sebelum beternak itik, menyiapkan kandang, memilih DOD berkualitas, pemeliharaan harian, pengendalian hama dan penyakit, hingga panen dan pascapanen.
Selain itu, buku yang ditulis oleh Feily dan Bagus Harianto ini dilengkapi pula dengan analisis usaha pembesaran itik raja sehingga Anda bisa mengalkulasi kecukupan modal dan asumsi biaya serta keuntungan yang bisa diperoleh dalam budi daya itik raja.