Dari dahulu, ikan mas selalu dibudidayakan di kolam air mengalir. Karena memang sifatnya yang selalu membutuhkan oksigen tinggi. Karenanya, sentra peternakan ikan mas selalu di daerah yang memiliki kecukupan air, seperti di sungai, sawah, dan waduk. Namun tidak disangka, telah ditemukan inovasi baru yang mencengangkan bahwa budi daya ikan mas dapat dilakukan di kolam air mati. Metode ini telah memberi peluang kepada banyak peternak di berbagai wilayah untuk dapat membuka atau mengembangkan usaha budi daya ikan mas.
Menerapkan sistem ini memiliki banyak keunggulan dibandingkan dengan sistem kolam air mengalir. Di antaranya lebih praktis, lebih hemat biaya, hemat air, pelaksanaannya lebih mudah dan sederhana, hasil produksi tetap maksimal, terhindar dari penyakit herpes dan sebagian hama, risiko kematian lebih rendah, serta kualitas daging lebih enak dan gurih. Dengan berbagai keunggulan tersebut, tentu setiap orang akan semakin mudah menerapkannya dan dapat meraih untung yang lebih besar karena biaya investasinya lebih kecil dengan tingkat risiko yang lebih rendah pula.
Seperti apakah sistem tersebut? Teknik ini sebenarnya hampir sama dengan teknik pemeliharaan ikan lele di kolam terpal. Pada kolam terpal dengan ukuran yang disesuaikan untuk budi daya ikan mas secara ideal, air di dalamnya tidak mengalami pergantian sampai jangka waktu tertentu. Air dibiarkan tetap menggenang. Pergantian air hanya dilakukan ketika air mengalami masalah, seperti bau atau tercemar zat tertentu sehingga dapat mengancam kehidupan ikan. Sementara ini, sistem ini hanya baru dapat diterapkan pada penetasan telur, pemeliharaan larva, pendederan, dan pembesaran. Sedangkan pemeliharaan indukan dan pemijahan masih harus menggunakan kolam air mengalir.
Jika Anda membidik segmen usaha pembesaran, syarat utamanya harus menggunakan benih yang berasal dari sistem kolam air mati juga. Pasalnya, jika benih dibesarkan berasal dari hasil budi daya kolam air deras, dikhawatirkan mortalitas ikan yang dipelihara lebih banyak. Hal ini disebabkan benih tersebut belum terbiasa dengan habitat barunya. Waktu yang dibutuhkan untuk pembesaran tidak jauh berbeda dengan pembesaran di kolam air mengalir, yakni sekitar 3—4 bulan sejak pendederan benih.
Untuk pembuatan kolam budi daya ikan mas di air mati, ada ukuran dan jumlah minimal yang harus diperhatikan pada masing-masing tahapan budi daya. Untuk indukan dan pemijahan, ukuran minimalnya 20 m² masing-masing satu unit. Sedangkan untuk penetasan, minimal berukuran 15 m² dengan jumlah 3 unit. Untuk pendederan dan pembesaran, minimal berukuran 50 m² berjumlah 2 unit. Jenis pakan yang digunakan dalam pembesaran adalah L1, 71-2, 781. Dosis pemberiannya 3—4 kali sehari dengan syarat standar kebutuhan protein minimal sebesar 32%.
Ingin tahu lebih jelas lagi tentang inovasi budi daya ikan mas di kolam air mati? AgroMedia Pustaka telah menerbitkan buku panduannya dengan judul “Budi Daya Ikan Mas di Kolam Hemat Air”. Buku ini disusun oleh Yadi Supriatna berdasarkan kajian dan pengalamannya langsung. Melalui buku ini, penulis akan memandu Anda secara bertahap dalam menerapkan teknik budi daya ikan mas di kolam air mati. Yaitu mulai dari prospek geliat bisnis ikan mas yang tidak pernah mati, aspek teknis dan sebab pemeliharaan ikan mas di kolam air mati, berbagai keunggulan dan keuntungannya, teknik pembuatan kolam sistem air mati, teknik pembenihan, pendederan, dan pembesaran di kolam air mati, penanggulangan hama dan penyakit, hingga panen dan pascapanen.