Kunci Sukses Penetasan Telur

kunci-penetasan-telur

Prinsip teknis agar seseorang sukses dalam usaha penetasan sebenarnya sangat sederhana, yaitu pelaku penetasan harus bisa mengondisikan mesin tetas seperti  keadaan alami induk ayam yang sedang mengerami telur. Kondisi tersebut, di antaranya mengenai kestabilan suhu.

Dalam buku  “Kiat Sukses Menetaskan Telur Ayam”  yang ditulis oleh Tirto Hartono dan Isman, dijelaskan bahwa kestabilan suhu dalam proses penetasan mesti dijaga dengan standar sebagai berikut.

1.  Suhu Alami Saat Pengeraman.

Untuk menjaga kestabilan suhu saat mengeram, ayam selalu bergerak atau bergeser, terutama pada 5—6 hari pertama pengeraman. Tidak sampai lima jam, ayam akan bergerak atau bergeser lagi. Jika masih terlalu panas, telur yang dierami akan dibalik dengan kepala dan lehernya. Proses pembalikan ini bertujuan untuk meratakan suhu dan melawan gaya gravitasi, sehingga posisi embrio di dalam telur tetap baik. Proses pembalikan telur biasanya dilakukan tiga kali dalam sehari, tergantung pada peningkatan suhu di dalam telur.

Ayam akan turun mencari makan dari sarang pada hari ke-15 atau hari ke-16 ke atas. Hal ini dilakukan untuk mendinginkan kembali telur-telur yang sedang mengalami tingkat metabolisme tinggi akibat perkembangan embrio. Tingginya tingkat metabolisme dapat menyebabkan suhu telur menjadi tinggi (telur menjadi panas). Karena itu, ketika penetasan menggunakan mesin tetas, temperatur mesin tetas harus mengacu kepada suhu alami pada saat induk ayam mengerami telur tetas.

2. Suhu Akurat dalam Mesin Tetas

Untuk mendapatkan suhu yang akurat dalam penetasan, penulis menggunakan sensor panas saat induk ayam sedang mengerami telur. Dari pengamatan berkali-kali pada induk ayam yang sedang mengeram ditemukan bahwa suhu yang diperlukan dalam penetasan selalu meningkat. Peningkatan itu seiring dengan semakin tingginya metabolisme yang terjadi di dalam tubuh embrio.

Sebenarnya, selama proses penetasan, suhu mesin bisa dibuat seragam 38.9° C. Namun, jumlah telur yang menetas akan berkurang 10% dibandingkan jumlah telur yang menetas pada sistem suhu seperti pada tabel 1.

Karena itu, kisaran suhu pada mesin tetas sederhana harus disesuaikan dengan tabel 1. Pengecekan yang teliti terhadap fluktuasi suhu yang terjadi juga perlu dilakukan agar kestabilan suhu tetap terjaga. Hal ini disebabkan mesin tetas manual mudah terpengaruh oleh suhu lingkungan.

Pengecekan suhu di mesin tetas sederhana perlu dilakukan pada pukul 07.00, 11.00, 16.00, dan 21.00. Suhu mesin pada pukul 11.00 dan pukul 14.00 perlu diperhatikan karena pada rentang waktu tersebut terjadi fluktuasi suhu hingga 2° C. Sementara, pada pukul 07.00 dan 21.00 adalah saat terjadinya peralihan suhu dari dingin ke panas atau dari panas ke dingin, serta terjadinya perubahan dari malam ke siang dan dari siang ke malam. Suhu yang terlalu panas pada mesin tetas dapat menyebabkan telur mengalami dehidrasi, sehingga DOC yang dihasilkan akan lemah, lesu, dan tidak bergairah makan. Akibatnya, DOC akan mengalami kekerdilan dan mortalitas (tingkat kematian) yang tinggi.

Di dalam buku terbitan AgroMedia Pustaka ini, dibahas lebih detil lagi mengenai kunci-kunci sukses penetasan telur dengan tingkat keberhasilan mencapai 80% dan biaya yang lebih murah sebesar 50%.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *