Geliat usaha penetasan telur itik semakin menggairahkan. Kondisi ini berawal dari menjamurnya usaha kuliner yang menyajikan masakan daging itik sebagai menu andalannya. Maka, permintaan daging itu semakin meningkat sehingga jumlah itik yang harus dibudidayakan pun semakin besar pula. Pada tahun 2010 saja, dibutuhkan sekitar 14.300 ton daging itik. Sedangkan peternak baru mampu menyediakan 6.400 ton.
Oleh sebab itu, kebutuhan DOD menjadi sangat besar sebagai bibit penggemukan itik. Ini menjadi peluang bisnis yang sangat prospektif yang bisa mendatangkan banyak keuntungan. Pasalnya, perputaran modal relatif cepat, hanya butuh waktu 2.5—6 bulan. Siklus produksinya pun tergolong singkat. Hanya dalam kurun waktu satu bulan, peternak sudah dapat menjual hasilnya (DOD). Berbeda dengan usaha pemeliharaan itik petelur atau pembesaran itik pedaging yang membutuhkan waktu sekitar 15 bulan untuk dapat menjual hasilnya.
Keuntungan yang diperoleh peternak penetas tidak bisa dibilang kecil. Sebagai gambaran, jika peternak memiliki lima buah mesin tetas berkapasitas 700 butir, berarti dalam satu bulan peternak dapat menetaskan telur sebanyak 3.500 telur. Dengan daya tetas sekitar 70% dihasilkan DOD sebanyak 2.450 ekor dengan perbandingan DOD betina dan DOD jantan Rp 4.000, peternak dapat mengantongi pendapatan sekitar 12 juta rupiah. Kemudian dikurangi asumsi biaya operasional sekitar 5.5 juta rupiah sehingga diperoleh keuntungan sebesar 3.5 juta rupiah. Tentu keuntungannya akan lebih besar lagi jika memiliki banyak mesin tetas.
Selain itu, usaha penetasan telur itik bisa dilakukan oleh siapa saja karena relatif mudah. Prosesnya sangat sederhana, peternak hanya tinggal menyalakan mesin tetas, memasukkan rak-rak telur, dan mengondisikannya sesuai temperatur yang dibutuhkan. Pada hari-hari berikutnya, peternak cukup mengontrol keadaan temperatur di dlaam mesin tetas dan membolak-balikkan telur. Pada hari ke-28, telur pun sudah mulai menetas dan sudah siap dijual ke pasar.
Ada beberapa jenis itik petelur unggulan yang bisa dipilih oleh peternak untuk mendapatkan telur berkualitas dengan daya tetas tinggi. Namun, dalam memilih jenis itik ini tetap harus mempertimbangkan faktor lain, di antaranya faktor geografis dan daya adaptasi itik. Beberapa daerah di Indonesia memiliki “itik unggulan” yang memunyai keunggulan masing-masing, di antaranya itik rambon (itik cirebon), ituk tegal, itik alabio, itik mojosari, dan itik bali.
Dengan demikian, jangan sia-siakan kesempatan ini. Selain menjadi usaha utama, Anda juga bisa menjadikannya sebagai usaha sampingan untuk mendapatkan tambahan penghasilan. Untuk aplikasi dan panduan lengkapnya, Anda bisa belajar secara mudah dari buku Usaha Penetasan Telur Itik terbitan AgroMedia Pustaka. Buku ini akan menjelaskan kepada Anda secara praktis dan mudah dipahami dalam membangun dan mengembangkan usaha penetasan dan pemeliharaan itik penghasil telur.
Buku ini ditulis oleh Mito dan Johan, S.T yang telah sukses dan berpengalaman dalam usaha peternakan itik di daerah Cirebon hingga mendapatkan penghargaan tingkat kabupaten, provinsi, dan nasional. Di dalam buku ini dibahas mulai dari memilih jenis itik, menyiapkan kandang dan perlengkapannya, memilih mesin tetas, pemeliharaan itik penghasil telur, hingga pemanenan.
Selamat berkarya…!