Ibu Sarah mungkin mewakili banyak ibu dengan masalah serupa. Anak pertamanya, Rashid sulit makan. Sudah berapa macam sirup vitamin yang diberikan, tetapi tidak menunjukkan perubahan. Karena jengkel, Ibu Sarah sering memaksa Rashid agar mau makan. Lama-kelamaan Rashid malah melawan ibunya untuk menolak makan. Akibatnya, badan Rashid menjadi kurus. Karena bosan, Ibu Sarah pun mengunjungi dokter.
“Dokter, anak saya sulit makan,” Ibu Sarah “mengadu” kepada dokter bahwa anaknya sulit makan. Dokter malah balik bertanya, “Apakah anak ibu sulit makan? Sebenarnya tidak sulit makan.”
Pertanyaan ini mungkin terdengar aneh. Bagaimana mungkin, seorang anak yang menurut ibunya dikatakan “sulit makan” sebenarnya tidak sulit makan. Keadaan ini disebut “kesalahan persepsi orangtua” (parental misperception). Orangtua menganggap anaknya sulit makan, padahal ukuran tubuh anak normal saja.
Porsi makan anak memang lebih sedikit dibandingkan dengan porsi makan orang dewasa. Orangtua sering melihat hal ini sebagai “makan anak hanya sedikit”, kemudian anak disimpulkan “sulit makan”.
Bagaimana jika orangtua sering merasa cemas jika anak sulit makan, Dok?
Apabila orangtua mencemaskan keadaan ini, ada kemungkinan melakukan hal-hal yang tidak seharusnya. Misalnya, memaksa anak untuk makan lebih banyak sehingga menimbulkan efek negatif lainnya. Pada keadaan ini dokter akan memeriksa ukuran tubuh anak. Apabila semuanya normal, dokter akan memberikan penjelasan prinsip pemberian makan pada anak.
Jika orangtua masih cemas akibat pemaksaan makan serta masalah gizi yang timbul, ada kemungkinan diberikan suplemen makanan pada anak yang berisi kalori dan nutrien yang cukup sehingga mengurangi rasa cemas orangtua dan kemungkinan memaksa makan pada anak.
Bagaimana Jika Anak Saya Sulit Makan, Padahal Ia Sangat Aktif?
Masalah seperti ini sering juga disampaikan oleh orangtua. Seorang anak yang sangat aktif, waktunya dihabiskan untuk mengeksplorasi lingkungannya. Jika ia mau makan, tampak segera kenyang atau hanya mau makan sesuap dua suap. Setelah itu, ia bermain-main kembali. Jika anak duduk di kursi makan, ia hanya sebentar mau duduk, kemudian turun dan main kembali. Sebenarnya, ia kelihatan sehat-sehat saja. Keadaan ini disebut infantile anorexia.
Gejala sulit makan ini umumnya muncul pada saat peralihan dari “disuap” ke “makan sendiri”, atau antara 9 sampai 18 bulan. Orangtua menjadi cemas, kemudian mencari jalan agar anak mau makan, misalnya dengan memberi mainan atau menonton televisi sambil makan karena anak kelihatan tidak berselera untuk makan. Namun, usaha ini hanya berhasil sementara waktu. Selanjutnya, orangtua harus mencari mainan yang baru, atau memberi makan sambil anak bermain, berlari-lari bahkan sewaktu mandi. Akibatnya, makanan yang masuk hanya sedikit sehingga badan anak tampak kecil secara proporsional dibandingkan anak lain. Cara mengatasi masalah ini ialah menumbuhkan regulasi internal pada anak sehingga anak merasa lapar dan kenyang.
Tip Mengatasi Anak Sulit Makan
1. Melatih anak makan secara teratur, tiga kali sehari. Jangan memberi snack, susu, atau jus di antara waktu makan.
2. Ibu hanya memberi makan dengan porsi kecil dan diharapkan anak meminta porsi berikutnya.
3. Anak harus duduk di kursi makannya dan ibu berusaha menahan anak tetap duduk dengan mengatakan, misalnya: “Kamu harus tetap duduk di kursi sampai perut ibu atau ayah kenyang”.
4. Membatasi waktu makan maksimum 30 menit dan mengambil makanan bila anak tidak menghabiskannya dalam waktu tersebut walaupun anak hanya makan satu dua suap.
5. Jangan memberikan komentar tentang jumlah makanan yang dimakan, misalnya terlalu sedikit.
6. Jangan membiarkan anak makan sambil bermain atau menonton televisi.
7. Jangan menggunakan makanan sebagai hadiah atau simbol perasaan orangtua (memberi cokelat sebagai tanda kasih sayang).
8. Jangan memperbolehkan anak bermain dengan makanannya atau membuang alat makannya.
9. Jangan membiarkan anak yang lebih besar terlalu banyak bicara atau ngobrol sewaktu makan.
Selain hal ini, masih banyak problema lain yang terjadi pada anak dalam proses pertumbuhannya. Di dalam buku “Menu Sehari-hari untuk Tumbuh Kembang Anak” dijelaskan secara praktis menangani permasalahan gizi anak yang dilengkapi aneka menu sehat untuk anak. Buku yang ditulis dr. Endy Paryanto Prawirohartono, MPH., SpA(K), Herni Astuti, DCN., M.Kes, dan Dewi Renaningtyas, M.Kes ini memberikan solusi tepat bagi Anda dalam memberikan asupan makanan yang dibutuhkan oleh anak pada masa pertumbuhannya.