Teknik Tepat Budi Daya Jeruk

Jeruk sudah tumbuh di Indonesia sejak ratusan tahun lalu, baik secara alami maupun dibudidayakan. Tanaman jeruk yang ada di Indonesia merupakan peninggalan Belanda yang mendatangkan jeruk manis dan keprok dari Amerika dan Italia. Jeruk memiliki banyak spesies dari 6 genus, di antaranya Microciturs, Citrus, Fortunella, Cymedia, Poncirus, dan Eremocirus.

A. Manfaat Buah
Jeruk banyak dimanfaatkan sebagai buah segar atau makanan olahan, karena cita rasa dan kandungan vitamin C yang tinggi. Bahkan, beberapa negara telah memproduksi minyak dari kulit dan biji jeruk serta gula tetes, alkohol, dan pektin dari buah jeruk yang terbuang. Minyak kulit jeruk digunakan sebagai bahan minyak wangi, sabun mandi, esens minuman, dan campuran kue. Beberapa jenis jeruk seperti jeruk nipis dimanfaatkan sebagai obat tradisional untuk menurunkan panas, meredakan nyeri saluran napas bagian atas, dan menyembuhkan radang mata.

B. Varietas Unggul
Pada dasarnya, ada tiga jenis jeruk komersial dan diunggulkan, yakni jeruk siem, jeruk keprok, dan jeruk besar (Citrus maxim Merr). Hingga kini, sudah dilepas lebih dari 41 varietas jeruk di

Indonesia, di antaranya pangkajene merah, pangkajene putih, keprok selayar, tejakula, keprok siompu, manis kisar, keprok soe, siem banjar, keprok garut-1, cikoneng ST, siem madu, pamelo ratu, pamelo raja, manis taji-01, crifta-01, bali merah, keprok sipirok, pamelo nambangan, pamelo sri nyonya, pamelo magetan, keprok maga, troyer-415, carrizo-442, kunci-10, keprok pulau tengah, keprok madura, pacitan, keprok wangkang, keprok tawangmangu, siampontianak, astano, lidung, taliwangputih, taliwangmerah, laukawar, kotaraja, girimatang, keprok gayo, siam kintamani, keprok batu-55, keprok pulung, dan keprok gunung omeh.

C. Syarat Tumbuh
Syarat tumbuh jeruk yang harus diperhatikan di antaranya suhu optimum 25 -30° C serta curah hujan 1.900-2.400 mm/tahun dengan rata-rata 2-4 bulan basah dan 3-5 bulan kering. Tanah yang cocok bertekstur gembur, berpasir, hingga lempung berliat dengan kedalaman efektif lebih dari 60 cm. Tingkat keasaman tanah (pH) yang optimum sekitar 5–7.

jeruk manis cocok ditanam di daerah dengan ketinggian 7001–300 m dpl serta iklim relatif kering dan berada di tempat terbuka. Jeruk besar sebaiknya dibudidayakan di dataran rendah dengan ketinggian 70–600 m dpl, sedangkan jeruk keprok pada ketinggian 100—1.300 m dpl.

Kondisi lahan yang akan ditanami harus bebas dari tanaman jeruk yang sakit, minimal dua tahun sebelum tanam. Lokasi harus bersih dari tanaman pembawa vektor CVPD, yakni Diaphorina Citri dan dari tanaman lain yang disukai hama tersebut, seperti kemuning dan tapak dara. Lokasi kebun harus berjarak minimum 3 km dari tanaman atau kebun jeruk yang sudah terserang CVPD.

D. Teknik Budi Daya

a. Pemilihan Benih dan Varietas
Bibit yang dipilih sebaiknya disesuaikan dengan target pasar dan kondisi agroklimat tempat penanaman. Gunakan bibit yang sehat dan pertumbuhannya seragam. Tinggi bibit yang digunakan 80-100 cm dengan diameter batang 1-1.5 cm. Warna batang hijau tua kecokelatan, bentuk batang lurus, dan tidak bercabang. Warna daun hijau mengilap dan telah membentuk 3 flush (trubus).

Bibit sebaiknya telah berumur 6 bulan atau lebih. Pastikan bibit bebas dari serangan hama dan penyakit, khususnya tujuh penyakit sistemik di antaranya CVPD, tristeza, psorosis, exocortis, vein Enation, tatter leaf, dan xyloporosis. Batang bawah yang dianjurkan antara lain YC dan RL atau troyer, carrizo, volkameriana, dan citrumello yang tahan tristeza (CTV).

b. Persiapan Lahan
Pekerjaan ini diawali dengan membersihkan batu-batu besar, alang-alang, tunggul batang tanaman dan sebagainya dari lahan, karena akan mengganggu sistem perakaran tanaman dan menghambat aliran unsur hara. Selanjutnya, bagi lahan menjadi beberapa blok yang dipisahkan oleh jalan kebun. Jalan ini diperlukan untuk pemeliharaan, pengangkutan hasil panen, dan pengawasan kebun. Jika luas kebun puluhan hektare, satu blok sebaiknya seluas satu hektare dan jumlah tanaman sebanyak 500 pohon.

Lahan yang bertopografi miring sebaiknya dibuatkan terasering terlebih dahulu, lalu disusul pembuatan lubang tanam. Jika jeruk hendak ditanam di tanah berair atau tanah sawah, tinggikan tanah tempat lubang tanam terlebih dahulu agar sistem perakarannya tidak terendam air dan lengkapi dengan saluran drainase. Namun, jika jeruk akan ditanam di lahan kering, lahan harus dilengkapi dengan sarana irigasi. Jika lapisan tanah agak tipis, hancurkan lapisan cadas yang terdapat di bawah lapisan tanah hingga gembur.

c. Pembuatan Lubang Tanam dan Penanaman
Jika jeruk ditanam di tanah cadas, buat lubang tanam berukuran 1 x 1 x 1 meter. Sementara bila ditanam di tanah gembur ukuran lubang tanam cukup 70 x 70 x 70 cm. Saat membuat lubang tanam, pisahkan tanah bagian atas di kiri lubang dan tanah bagian bawah di kanan lubang. Biarkan lubang tanam terbuka selama dua minggu agar bibit hama, penyakit, dan gulma mati terkena sinar matahari langsung.

Setelah 2 bulan, masukkan tanah galian bagian bawah ke dalam lubang tanam hingga seperempat volume lubang. Campur sisa tanah galian dengan pupuk kandang sebanyak 8 liter bila bibit ditanam di tanah cadas atau 4 liter bila bibit ditanam di tanah subur. Masukkan campuran pupuk kandang dan tanah galian ke dalam lubang hingga menggunduk.

d. Perawatan Tanaman

1. Pemupukan
Aplikasi pemupukan untuk kebun buah-buahan dilakukan tiga kali dalam setahun, yakni segera setelah panen dan pemangkasan dengan komposisi nitrogen (N) tinggi, menjelang tanaman berbunga dengan komposisi fosfor (P) tinggi, dan untuk mendukung pembesaran buah dengan komposisi kalium (K) tinggi.

Pemberian pupuk dapat dilakukan pada umur 6, 9, 12 bulan setelah tanam, dengan campuran pupuk berupa urea 250 g, TSP 250 g, dan KCI 300 g per pohon.

2. Pengairan
Jeruk keprok membutuhkan air yang cukup banyak untuk pertumbuhannya, meskipun memerlukan bulan kering selama 3-4 bulan. Kekurangan air pada masa vegetatif akan menghambat pertumbuhan tunas dan akar. Sementara itu, kekurangan air pada masa generatif menyebabkan bunga dan buah rontok. Akibatnya, volume dan mutu produksi menurun.

Pengairan terutama diperlukan pada musim kemarau dan menjelang fase pembungaan dan pembentukan buah. Saat musim kemarau, kebutuhan volume air untuk pengairan sekitar 70-80 liter pohon/minggu. Pada fase produktif jumlahnya dikurangi menjad 40-60 liter/pohon/minggu dan dihentikan untuk merangsang pembentukan bunga.

Sistem pengairan tanaman jeruk dapat berupa pengairan permukaan, yakni penyiraman dilakukan di cekungan yang dibuat mengikuti bentuk tajuk pohon terluar atau air dialirkan melalui parit-parit di setiap sisi alur tanaman sesuai kebutuhan. Selain itu, ada sistem pengairan curah (sprinkle) dan pengairan tetes.

3. Pengendalian Gulma
Buang kotoran, dedaunan, dan ranting bekas pangkasan yang dapat mengundang kehadiran hama dan penyakit. Pangkas daun dan ranting yang sakit atau yang menunjukkan tanda-tanda terserang hama dan penyakit. Bakar buah-buahan yang busuk dan rontok termasuk pangkasan daun. Bersihkan rumput liar yang tumbuh dengan kored, cangkul, atau manual (tangan) untuk menghindari persaingan dalam penyerapan unsur hara. Selain itu, penggunaan herbisida dapat diaplikasikan, terutama untuk membersihkan gulma dalam jumlah banyak dan luas. Bersamaan dengan penyiangan, sebaiknya tanah di sekitar tajuk tanaman digemburkan. Upayakan jangan sampai merusak perakaran tanaman.

4. Pemangkasan
Pemangkasan bertujuan untuk membentuk tanaman sehingga tidak terlalu tinggi dan mudah dikelola, percabangan teratur dan kokoh, penerimaan cahaya matahari merata, memperbaiki kualitas buah (ukuran, warna, dan menurunkan rasa asam), memperbanyak tunas baru, dan mengurangi kerimbunan tanaman. Pemangkasan dilakukan sejak tanaman masih muda (70-80 cm) untuk membentuk pohon dan percabangannya. Dari batang utama, pelihara 3-4 cabang yang letaknya membentuk sudut yang seimbang antarcabang pada ketinggian yang berbeda.

Pangkas cabang yang tidak dikehendaki hingga pangkal cabang. Dari batang utama tersebut masing-masing dipelihara 3-4 cabang. Demikian seterusnya hingga terbentuk percabangan yang kompak dan kanopi pohon membentuk setengah kubah dengan penyebaran daun merata. Pemeliharaan selanjutnya bertujuan untuk menjaga bentuk pohon, membuang cabang atau ranting yang rusak, mati, dan berpenyakit, serta untuk mengatur pembungaan. Lakukan pemangkasan pemeliharaan berikutnya pada tanaman usia produktif. Cabang-cabang atau tunas liar yang tumbuh tidak pada tempatnya, misalnya di bawah percabangan pertama harus dibuang.

5. Penjarangan Buah
Penjarangan bertujuan agar buah tidak berdesakan dalam dompolan dan dapat mencapai ukuran maksimal. Penjarangan buah dilakukan sejak buah masih sebesar kelereng. Caranya, pilih dan singkirkan buah yang kurus, bentuknya tidak sempurna, serta terserang hama dan penyakit. Atur posisi buah agar tidak saling bergesekan atau terjepit ranting pohon yang dapat mengakibatkan kulit buah cacat.

* Artikel ini dikutip dari buku “Buku Pintar Budi Daya Tanaman Buah Unggul Indonesia”. AgroMedia Pustaka.

Related Post