7 Fakta Menarik Kopi Gayo, Kopi Spesial dari Tanah Rencong

Siapa yang tidak kenal dengan kopi Gayo. Salah satu varietas kopi terbaik dari Nusantara. Kopi Gayo dikenal sebagai kopi jenis Arabika, favorit dari Nangroe Aceh Darussalam. Kopi Gayo menjadi bagian komoditi ekspor unggulan dari daerah Aceh Tengah yang mendunia.

Berikut beberapa hal fakta menarik seputar kopi Gayo. Kopi spesial dan mantab dari Tanah Rencong.

Asal Usul Kopi Gayo

Perihal sejarah kopi kita tidak bisa lepas dari sejarah kelam kolonialisme khususnya di Indonesia. Politik tanam paksa dan kerasnya perdagangan kopi dunia. Kopi Gayo ada sejak zaman penjajahan Belanda. Abad ke-17, semasa VOC. Setelah penanaman kopi di Pulau Jawa, Belanda, memperluas lahannya hingga ke Sumatera Utara dan Nangroe Aceh Darussalam (NAD). Saat itu, kopi menjadi komoditi penting bagi serikat dagang Belanda tersebut. Di bawah pemerintahan Belanda, banyak petani kopi yang menderita.

Perkebunan Kopi Gayo

Ada dua tempat penting untuk tumbuhnya tanaman kopi Gayo, yaitu Takengon, Aceh Tengah dan Bener Meriah. Hamparan luas perkebunan kopi tumbuh di dataran seluas 95.000 Ha dengan ketinggian kurang lebih 1200 meter.

Dengan suhu udara yang rendah, sekitar 20 derajat celcius, di daratan tinggi ini cocok sekali untuk menumbuhkan beraneka varietas tananam kopi.

Di dataran tinggi Gayo, curah hujan cukup tinggi. Walaupun demikian, tidak membuat proses pengeringan kopi terhambat. Solusinya menggunakan tempat beratap plastik dilengkapi dengan rak penjemuran. Kebutuhan pengeringan biji kopi tetap berjalan walaupun cuaca hujan.

Sementara itu, jika cuaca terik, di pelataran rumah, petani kopi biasanya meratakan biji kopi untuk dijemur.

 

BACA JUGA: Barista, Sang Penjaga Cita Rasa dalam Industri Kopi

 

Masyarakat Gayo, Hidup dari Biji Kopi

Perekonomian masyarakat Gayo dari hasil menanam kopi tumbuh dengan sangat baik. Sekitar 80% penghasilan mereka berasal dari kopi. Bisa dibilang, kopi merupakan tulang punggung perekonomian di Gayo, Aceh Tengah.

Seperti yang dilansir aceh.antaranews.com produksi kopi Gayo terus mengalami peningkatan sejak 2009. Hal ini seiring permintaan kebutuhan ekspor kopi. Ekspor kopi Gayo ke ditujukan kepada 17 negara. Bahkan, nilai ekspornya semakin tahun terus meningkat.

Kopi Gayo merupakan komoditi ekspor kopi terbaik dari Indonesia. Jenis kopi ini hanya bisa disaingi oleh kopi yang berasal dari Jamaica dan Brazil. Secara ekonomi, tren kopi secara menyeluruh kian berefek pada geliat perekonomian masyarakat Gayo.

 

Ilustrasi biji kopi. | Foto Nathan Dumlao di Unsplash.com

Pemetik Biji Kopi Gayo

Pemetik buah kopi hingga pemilihan biji kopi Gayo banyak dilakukan oleh kaum perempuan. Tradisi ini dilakukan turun-temurun. Sembari memetik mendendangkan lagu dalam bahasa Gayo.

Cita Rasa Kopi Gayo

Ciri khasnya gurih, kental, dan aroma bau yang harum. Cita rasa ini terbangun lengkap dengan sedikit rasa pahit. Informasi dari travel.kompas.com kopi Gayo, melebihi cita rasa Blue Mountain, kopi dari Jamaica.

Timpan dan Kopi Gayo

Cara minum kopi di setiap daerah tentu berbeda-beda. Dan nampaknya tidak lengkap jika tidak bersanding dengan kudapan. Di Aceh, untuk menikmati kopi Gayo, biasanya kue timpan dijadikan teman untuk sandingan. Kue ini terbuat dari ketan dan pisang, serta selai srikaya sebagai pemanis.

Puisi Kopi dari Penyair Aceh

Puisi berjudul Kopi Pagi, mewakili hubungan kopi dan petani kopi di Gayo. Puisi ini ditulis oleh Fikar W. Eda, seorang sastrawan kelahiran Takengon, ibu kota Aceh Tengah. Berikut puisinya yang dimuat di Tribunnews.

 

Matahari pucat dalam segelas kopi

Dicampur setengah sendok bintang temaram

Sisa tadi malam

Diaduk dengan tangkai bulan sabit

Diseduh dalam panas airmatamu

Kuseruput lagi pagi ini

Tetes demi tetes perih petani

Di cafe pencakar langit

 

Di gayo

Kopi adalah napas kehidupan

Dituang dalam cangkir harapan

 

Kopi juga napas cinta

Diminum penuh gelora

Dari bibir cakrawala

 

Ayo seduh kopi

Kita teguk dunia!!!

 

2013

 

  

Perjalanan Kopi ke Nusantara

Konon, biji kopi masuk ke Indonesia dibawa oleh kaum Sufi, yakni Baba Buban. Baba Buban membawanya dari Yaman ke India dan terus menyebar ke Asia hingga akhirnya masuk ke Indonesia. Kopi biasa diminum sebagai tradisi sebelum mereka berdzikir. Hingga minuman ini sempat menjadi perdebatan karena dianggap “memabukkan”. Biji kopi pertama kali dibawa dari Ethiopia ke Yaman dan menyebar ke wilayah Eropa dan Asia.

Kisah sejarah perjalanan biji kopi ini, dituliskan oleh Regi Suryo dalam Journey of Joey. Buku ini memuat awal mula kopi tumbuh dan perkembang di masa perdagangan kuno dan masa kolonialisme, hingga kopi menjadi komoditi penting di Nusantara hingga kini.

Dalam buku ini diulas tujuh kopi Nusantara, dari Wamena, Flores, Bali, Sulawesi, Jawa Timur, Sumatera Utara, dan Gayo. Pada bagian akhir, buku yang diterbitkan Agromedia ini, juga bercerita para penyeduh kopi, uji cita rasa kopi.

Yuk nikmati kopi, sembari menyimak riwayat si biji hitam dari Ethiopia hingga Indonesia.

Buku Journey of Joe bisa didapatkan di toko buku Gramedia dan toko buku daring di Indonesia.

 

 

 

 

 

Foto Atas: ian dooley dari Unsplash

 

 

 

 

 

 

Related Post