Siapa yang tidak kenal dengan kopi Gayo. Salah satu varietas kopi terbaik dari Nusantara. Kopi Gayo dikenal sebagai kopi jenis Arabika, favorit dari Nangroe Aceh Darussalam. Kopi Gayo menjadi bagian komoditi ekspor unggulan dari daerah Aceh Tengah yang mendunia.
Berikut beberapa hal fakta menarik seputar kopi Gayo. Kopi spesial dan mantab dari Tanah Rencong.
Asal Usul Kopi Gayo
Perihal sejarah kopi kita tidak bisa lepas dari sejarah kelam kolonialisme khususnya di Indonesia. Politik tanam paksa dan kerasnya perdagangan kopi dunia. Kopi Gayo ada sejak zaman penjajahan Belanda. Abad ke-17, semasa VOC. Setelah penanaman kopi di Pulau Jawa, Belanda, memperluas lahannya hingga ke Sumatera Utara dan Nangroe Aceh Darussalam (NAD). Saat itu, kopi menjadi komoditi penting bagi serikat dagang Belanda tersebut. Di bawah pemerintahan Belanda, banyak petani kopi yang menderita.
Perkebunan Kopi Gayo
Ada dua tempat penting untuk tumbuhnya tanaman kopi Gayo, yaitu Takengon, Aceh Tengah dan Bener Meriah. Hamparan luas perkebunan kopi tumbuh di dataran seluas 95.000 Ha dengan ketinggian kurang lebih 1200 meter.
Dengan suhu udara yang rendah, sekitar 20 derajat celcius, di daratan tinggi ini cocok sekali untuk menumbuhkan beraneka varietas tananam kopi.
Di dataran tinggi Gayo, curah hujan cukup tinggi. Walaupun demikian, tidak membuat proses pengeringan kopi terhambat. Solusinya menggunakan tempat beratap plastik dilengkapi dengan rak penjemuran. Kebutuhan pengeringan biji kopi tetap berjalan walaupun cuaca hujan.
Sementara itu, jika cuaca terik, di pelataran rumah, petani kopi biasanya meratakan biji kopi untuk dijemur.
BACA JUGA: Barista, Sang Penjaga Cita Rasa dalam Industri Kopi
Masyarakat Gayo, Hidup dari Biji Kopi
Perekonomian masyarakat Gayo dari hasil menanam kopi tumbuh dengan sangat baik. Sekitar 80% penghasilan mereka berasal dari kopi. Bisa dibilang, kopi merupakan tulang punggung perekonomian di Gayo, Aceh Tengah.
Seperti yang dilansir aceh.antaranews.com produksi kopi Gayo terus mengalami peningkatan sejak 2009. Hal ini seiring permintaan kebutuhan ekspor kopi. Ekspor kopi Gayo ke ditujukan kepada 17 negara. Bahkan, nilai ekspornya semakin tahun terus meningkat.
Kopi Gayo merupakan komoditi ekspor kopi terbaik dari Indonesia. Jenis kopi ini hanya bisa disaingi oleh kopi yang berasal dari Jamaica dan Brazil. Secara ekonomi, tren kopi secara menyeluruh kian berefek pada geliat perekonomian masyarakat Gayo.
Pemetik Biji Kopi Gayo
Pemetik buah kopi hingga pemilihan biji kopi Gayo banyak dilakukan oleh kaum perempuan. Tradisi ini dilakukan turun-temurun. Sembari memetik mendendangkan lagu dalam bahasa Gayo.
Cita Rasa Kopi Gayo
Ciri khasnya gurih, kental, dan aroma bau yang harum. Cita rasa ini terbangun lengkap dengan sedikit rasa pahit. Informasi dari travel.kompas.com kopi Gayo, melebihi cita rasa Blue Mountain, kopi dari Jamaica.
Timpan dan Kopi Gayo
Cara minum kopi di setiap daerah tentu berbeda-beda. Dan nampaknya tidak lengkap jika tidak bersanding dengan kudapan. Di Aceh, untuk menikmati kopi Gayo, biasanya kue timpan dijadikan teman untuk sandingan. Kue ini terbuat dari ketan dan pisang, serta selai srikaya sebagai pemanis.
Puisi Kopi dari Penyair Aceh
Puisi berjudul Kopi Pagi, mewakili hubungan kopi dan petani kopi di Gayo. Puisi ini ditulis oleh Fikar W. Eda, seorang sastrawan kelahiran Takengon, ibu kota Aceh Tengah. Berikut puisinya yang dimuat di Tribunnews.
Matahari pucat dalam segelas kopi
Dicampur setengah sendok bintang temaram
Sisa tadi malam
Diaduk dengan tangkai bulan sabit
Diseduh dalam panas airmatamu
Kuseruput lagi pagi ini
Tetes demi tetes perih petani
Di cafe pencakar langit
Di gayo
Kopi adalah napas kehidupan
Dituang dalam cangkir harapan
Kopi juga napas cinta
Diminum penuh gelora
Dari bibir cakrawala
Ayo seduh kopi
Kita teguk dunia!!!
2013
Perjalanan Kopi ke Nusantara
Konon, biji kopi masuk ke Indonesia dibawa oleh kaum Sufi, yakni Baba Buban. Baba Buban membawanya dari Yaman ke India dan terus menyebar ke Asia hingga akhirnya masuk ke Indonesia. Kopi biasa diminum sebagai tradisi sebelum mereka berdzikir. Hingga minuman ini sempat menjadi perdebatan karena dianggap “memabukkan”. Biji kopi pertama kali dibawa dari Ethiopia ke Yaman dan menyebar ke wilayah Eropa dan Asia.
Dalam buku ini diulas tujuh kopi Nusantara, dari Wamena, Flores, Bali, Sulawesi, Jawa Timur, Sumatera Utara, dan Gayo. Pada bagian akhir, buku yang diterbitkan Agromedia ini, juga bercerita para penyeduh kopi, uji cita rasa kopi.
Yuk nikmati kopi, sembari menyimak riwayat si biji hitam dari Ethiopia hingga Indonesia.
Buku Journey of Joe bisa didapatkan di toko buku Gramedia dan toko buku daring di Indonesia.
Foto Atas: ian dooley dari Unsplash