Semenjak menyebarnya wabah KHV (Koi Herves Virus) tahun 2003 yang menyerang ikan mas di Indonesia, ikan nila menjadi ikan favorit untuk budi daya. Di samping lebih tahan penyakit, ikan nila banyak digemari karena dagingnya kenyal, gurih, dan tidak berbau lumpur. Terutama jika dibudidayakan menggunakan sistem kolam air deras (KAD). Harganya pun lebih mahal 15% dari ikan nila hasil dari kolam air tergenang atau keramba jaring apung.
Selain itu, menggunakan sistem budi daya di kolam air deras, pertumbuhannya jauh lebih cepat. Pertumbuhannya dipicu oleh intensitas makannya yang rakus karena tubuhnya terus aktif bergerak sehingga ikan cepat lapar. Jika asupan makanannya memadai dan ditambah pakan bernutrisi secara intensif, perkembangannya akan lebih optimal.
Teknologi KAD ini telah dikembangkan di Jepang mulai tahun 1980. Kemudian diadopsi di Indonesia karena memiliki banyak sumber air, baik sungai maupun irigasi. Prospek bisnis ikan nila dengan sistem KAD telah memberi harapan banyak bagi peternak ikan di seluruh Indonesia. Selain lebih menguntungkan, metode ini mudah diterapkan di banyak wilayah Indonesia.
Ada beberapa jenis ikan nila unggulan untuk budi daya di kolam air deras. Di antaranya, ikan nila merah, nila GIFT, nila nirwana, nila janti, nila BEST, dan nila gesit. Semua jenis memiliki keunggulan tersendiri sesuai sifat masing-masing. Misalnya pada ikan nila GIFT, jumlah telurnya 20–30% lebih banyak, pertumbuhannya 300–400% lebih cepat, lebih tahan terhadap lingkungan, dan bisa dipelihara di perairan payau.
Sebelum memulai usaha pembesaran ikan nila di kolam air deras, hal pertama yang harus dipertimbangkan ialah pemilihan lokasi. Aliran air yang melimpah dan relatif deras serta kaya oksigen penting untuk suplai oksigen dalam respirasi ikan dan untuk membuang limbah metabolisme. Menurut penelitian dan pengalaman pembudidaya, debit air dapat ditentukan dengan patokan setiap 10 menit seluruh air kolam sudah berganti semua.
Lokasi ideal berada di tempat dengan ketinggian 500—800 meter di atas permukaan laut. Elevansi atau kemiringan tanah dari permukaan sumber air dan kolam minimum 30° dengan elevansi optimal berkisar 50°–10°. Sebaiknya, Anda juga bisa memilih lokasi yang dekat dengan penyedia sarana produksi, seperti peralatan perikanan dan pakan. Dukungan non-teknis lainnya juga penting demi kelancaran usaha, seperti akses jalan raya, jaringan komunikasi, dan aspek keamanan.
Untuk aplikasi penerapan budi daya ikan nila sistem KAD ini, Anda bisa mempelajarinya secara lengkap pada buku Pembesaran Nila di Kolam Air Deras terbitan AgroMedia Pustaka. Buku ini akan memberikan teknik-tekniknya dengan tepat dalam mencapai keberhasilan budi daya secara maksimal. Penjelasannya sangat sederhana sehingga bisa dipahami dan diaplikasikan oleh pemula sekalipun.
Buku ini ditulis oleh dua orang pakar perikanan, H. Khairuman, SP & Khairul Amri, S.Pi, M.Si yang sengaja mengupas seluk-beluk budi daya ikan nila di kolam air deras untuk membantu para peternak dalam merintis dan mengembangkan usahanya. Penulis membahasnya secara bertahap mulai dari prospek dan keuntungan budi daya ikan nila di kolam air deras, pengenalan berbagai jenis ikan nila populer, memilih lokasi ideal, pembuatan kolam air deras, memulai usaha pembesaran yang dimulai dengan memilih benih berkualitas, penebaran, pemberian pakan, pemeliharaan, dan pemanenan. Tidak lupa penulis juga melengkapinya dengan sistem distribusi, pengendalian hama dan penyakit, serta asumsi biaya dan keuntungan budi daya ikan nila di kolam air deras.