“Sudah susah payah dibuatkan makanan yang istimewa, eh, Adik malah nggak mau makan. Duh! Bagaimana, ya?”
Ayo, siapa di antara Bunda yang pernah mengalami kejadian di atas? Ya, bisa dibilang, hampir semua Ibu pernah mengalami kondisi seperti tadi. Makanan yang sudah dibuat untuk sang buah hati, justru harus berakhir di tempat sampah karena disembur, dilepeh, atau hanya diacak-acak oleh mereka.
Wajar, kok. Pasalnya, nafsu makan anak memang naik turun. Apalagi untuk usia 1—2 tahun yang memang puncaknya susah makan karena mulai memasuki masa eksplorasi, sedangkan identifikasi rasa lapar terhadap makanan belum sepenuhnya terbentuk.
Meski demikian, Bunda jangan langsung mendoktrin bahwa si tidak suka dengan masakan yang Bunda bikin, ya. Nah, untuk membantu Bunda mengatasi anak sulit makan berikut ada beberap tip yang bisa diikuti.
• Bunda harus lebih sabar dan telaten. Bila perlu, lakukan hipnoterapi—beri sugesti positif bahwa anak menyukai masakan Bunda dan anak akan makan dengan lahap.
• Cari tahu makanan kesukaan anak, makanan manis alami atau gurih, lalu coba berikan rasa yang paling dominan disukai anak.
• Variasikan menu dan tekstur, mungkin anak sedang ingin mengonsumsi makanan yang lembut atau bahkan yang renyah dan garing.
• Ubah suasana makan dan buat acara makan yang menarik. Buat makanan dengan bentuk yang lucu dan pilih bahan makanan yang berwarna-warni. Bunda bisa mencoba membuat bento karakter favorit anak, seperti bento bentuk hello kitty.
• Pernah tidak anak Bunda tiba-tiba menolak makan nasi? Namun, saat diberi kentang atau sumber karbohidrat lain justru makan dengan lahap? Jangan khawatir Bun, kondisi ini sangat wajar. Terkadang anak merasa bosan dengan jenis makanan tertentu, apalagi kalau pengolahannya kurang variatif. Jika tiba-tiba anak “bermusuhan” dengan nasi, Bunda dapat mencoba membuat nasi goreng, bitterbalen nasi, atau bahkan kerupuk nasi. Kalau sudah divariasikan pengolahannya, tetapi masih tetap tidak mau makan nasi, coba ganti dengan sumber lain. Bunda bisa membuat mashed potato, macaroni schutel, atau spageti saus bolognaise.
• Sejak awal MP-ASI, usahakan jadwal makan anak disamakan dengan jadwal dan menu makan keluarga (hanya beda tekstur dan bumbunya). Pemisahan menu MP-ASI dengan menu keluarga kadang bisa membuat anak menjadi malas makan, lho.
• Ajak anak beraktivitas fisik, coba eksplorasi lingkungan di luar rumah. Saat energi anak sudah terkuras, biasanya anak akan menjadi lapar dan bisa menghabiskan satu porsi makanannya.
• Beri makanan dengan porsi sedikit, tetapi dengan frekuensi yang sering.
• Batasi waktu makan maksimal 30 menit. Jika lewat dari 30 menit, makanan sudah dingin dan tidak menarik lagi untuk dimakan. Anak akan merasa bosan dan Bunda juga menjadi bad mood saat menyuapinya.
• Biarkan anak makan sendiri. Berikan sendok pada anak atau biarkan anak makan dengan tangannya (pastikan tangannya bersih) agar ia dapat belajar makan sendiri. Tidak apa-apa jika berantakan. Nanti selesai makan juga bisa dibersihkan. Saat makan, Bunda bisa mengalasi lantai dengan koran atau kertas bekas untuk memudahkan dalam membersihkannya.
• Untuk anak yang sudah dapat diajak komunikasi, ajak anak memilih menu yang dia inginkan.
• Ajak anak belanja bahan makanan dan “membantu” di dapur. Berikan sayur seperti wortel atau kentang (yang sudah dibersihkan) dan pisau mainan, lalu biarkan anak berpura-pura sibuk membantu di dapur. Namun, pastikan anak aman di dapur ya. Jangan biarkan anak mendekati kompor, pisau, atau yang berbahaya lainnya.
Bagaimana, Bun, tip di atas tidak sulit untuk dicoba, kan? Semoga tip tersebut bisa membantu Bunda mengatasi anak yang sulit makan, ya. Semangat!
Superfood untuk Tumbuh Kembang Optimal Bayi karya Nova Anace Tompunu, S.Si., mengulas tentang pemenuhan gizi anak pada periode emas. Dilengkapi dengan 50 resep MP-ASI praktis, jadwal pemberian MP-ASI, dan food diary.