Cara Mengadaptasi Semut Rangrang bagi Pembudidaya Pemula

semut-rangrang-dalam

Bagi orang awam, semut yang satu ini memang cukup dihindari. Ya, dia adalah semut rangrang. Warnanya yang merah dan gigitannya yang cukup menyakitkan membuat siapa pun tidak mau berurusan dengan semut ini. Namun siapa sangka, di balik semua itu telur semut rangrang dicari banyak orang.

semut-rangrang-dalam

Bagi orang awam, semut yang satu ini memang cukup dihindari. Ya, dia adalah semut rangrang. Warnanya yang merah dan gigitannya yang cukup menyakitkan membuat siapa pun tidak mau berurusan dengan semut ini. Namun siapa sangka, di balik semua itu telur semut rangrang dicari banyak orang.

Ya, telur semut rangrang atau yang dikenal dengan kroto diminati oleh para mancingmania dan kicaumania. Kroto biasa digunakan sebagai umpan memancing atau pakan burung. Permintaan yang cukup tinggi akan kroto tentu berpengaruh pada bisnis kroto itu sendiri. Asalkan Anda sudah tahu seluk-beluk kroto, pundi-pundi rupiah pun bisa Anda raih.

Untuk bisa memulai bisnis kroto, yang Anda butuhkan tentu bibit semut rangrang. Bibit ini bisa diambil dari alam atau dengan membelinya. Setelah bibit semut rangrang didapatkan, yang perlu Anda lakukan selanjutnya adalah mengadaptasikannya dengan sarang baru. Berikut cara mudah mengadaptasikan bibit semut rangrang.

1. Adaptasi semut rangrang dapat ditempatkan di dalam stoples transparan. Pindahkan bibit dari alam ke dalam stoples dan beri waktu sekitar 3—4 minggu untuk waktu beradaptasi. Simpan stoples tersebut di rak yang sudah disediakan.
2. Adaptasi semut rangrang dengan mengganti pakan dan minuman. Awalnya, pakan semut rangrang berupa serangga, lalu diganti dengan ulat hongkong dan jangkrik. Sementara itu, minuman semut rangrang yang awalnya cairan manis alami diganti dengan air gula yang mudah dibuat oleh manusia.


budi-daya-kroto-sistem-stoples

Cukup mudah kan, mengadaptasinya? Selengkapnya mengenai budi daya dan bisnis kroto bisa Anda baca dalam buku Budi Daya Kroto Sistem Stoples karya Ade Yusdira (Krotobond), Endang Mukhlis, & Maloedin Sitanggang.

beli

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *