Betanam jabon yang baik dan benar harus mempertimbangkan lokasi dan kondisi tempat penanaman. Pemilihan yang tepat akan menghasilkan jabon berkualitas dengan pertumbuhan maksimal sehingga memperoleh keuntungan yang besar pula. Ada dua hal yang mesti dipelajari dan diperhatikan sebelum menanam jabon, yaitu sebagai berikut.
A. Tanah
Secara umum, fungsi utama tanah untuk pertanian di antaranya sebagai sumber unsur hara, sebagai media tumbuh akar, dan tempat air tanah tersimpan. Secara spesifik, jabon tidak memiliki syarat tumbuh yang khusus. Jabon lebih mudah beradaptasi terhadap kondisi lingkungan yang kurang baik dibandingkan dengan tanaman hutan penghasil kayu lainnya.
Optimalnya, jabon ditanam di tanah yang subur, banyak mengandung unsur hara mineral, serta memiliki tekstur dan struktur tanah yang baik. Namun, jabon pun dapat tumbuh di tanah aluvial lembap, seperti di pinggir sungai dan di daerah peralihan antara tanah rawa dan tanah kering yang kadang-kadang digenangi air. Jabon relatif tahan terhadap kekurangan oksigen tertentu di dalam tanah.
Jenis-jenis tanah yang cocok bagi jabon di antaranya tanah ultisol, oxisol, alfisol, vertisol, andisol, inceptisol, spodosol, dan entisol. Tanah ultisol (podsolik merah kuning) memiliki lapisan tanah liat di bagian bawah dan bersifat asam. Sementara itu, tanah oxisol merupakan jenis tanah tua sehingga kandungan mineralnya hanya sedikit dan mudah lapuk.
Tanah andisol berwarna kehitaman, umumnya terdapat di lereng gunung berapi dengan tingkat kesuburan cukup baik. Tanah spodosol merupakan jenis tanah yang memiliki tingkat kesuburannya lebih rendah dibandingkan dengan tanah andisol dan bersifat lembap atau basah. Di antara berbagai jenis tanah tersebut, jenis tanah yang umumnya digunakan di Indonesia adalah tanah ultisol.
B. Iklim
Iklim dan cuaca dipengaruhi oleh pancaran radiasi matahari, komposisi atmosfir, dinamika lautan, air, salju, bentuk atau kontur permukaan bumi, serta interaksi antarkomponen tersebut melalui proses fisika, kimia, dan biologi.
Jabon merupakan salah satu jenis tanaman hutan yang tumbuh baik di daerah tropis. Jabon termasuk tanaman pionir yang dapat membentuk koloni di hutan alam. Suhu lingkungan optimum untuk pertumbuhan jabon sekitar 21—26ᵒ. Ketinggian lahan optimal untuk lokasi budi daya jabon sekitar 10—900 meter dpl. Bahkan, ada beberapa petani yang menyatakan bahwa jabon masih bisa tumbuh hingga ketinggian 1.500 meter dpl. Berdasarkan penelitian, jabon yang ditanam di dataran rendah menunjukkan produktivitas yang lebih baik dibandingkan dengan jabon yang ditanam di daerah pegunungan (dataran tinggi). Curah hujan tahunan yang diperlukan jabon sekitar 1.500 – 5.000 mm. Jabon mampu bertahan saat musim kemarau hingga tiga bulan tanpa mengalami kerusakan.
Cahaya matahari yang konstan sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan jabon. Proses fotosintesis yang menghasilkan sumber energi untuk pertumbuhan jabon dipengaruhi oleh cahaya matahari. Karena itu, jabon sangat cocok ditanam di areal terbuka. Jika jabon ditanam di arela yang ternaungi, pertumbuhan jabon menjadi agak terhambat (bentuk pohonnya tinggi, tetapi kurus).
Untuk panduan selengkapnya, bisa Anda dapatkan di buku Bertanam Jabon terbitan AgroMedia Pustaka. Dari dalam buku yang ditulis tiga orang sarjana kehutanan ini (Dadan Mulyana, S.Hut., M.Si, Ceng Asmarahman, S.Hut., M.Si. & Idham Fahmi, S.Hut.), Anda bisa mendapatkan seputar pengetahuan dan teknis bertanam jabon, mulaid dari pengenalan, pembenihan, teknik penanaman, pemeliharaan, pemanenan, hingga pemasaran. Bahkan, Anda juga bisa mendapatkan contoh estimasi biaya atau analisis usaha penanaman jabon.