Keberadaan cacing sutra memang tidak pernah lepas dari kebutuhan petani ikan konsumsi dan pembudidaya ikan hias. Pasalnya, cacing sutra merupakan kebutuhan pokok untuk pakan ikan. Cacing bertubuh tipis ini sangat disukai oleh benih ikan konsumsi, seperti lele, mas, patin, gurami, belut, sidat, bahkan juga ikan hias. Selain digemari ikan, cacing sutra mengandung 53% protein dan 13% lemak, sehingga sangat cocok sangat menunjang untuk pertumbuhan ikan.
Pantas saja jika cacing yang tubuhnya menyerupai rambut ini kebutuhan setiap tahunnya terus meningkat. Mengingat, permintaan terhadap penikmat ikan konsumsi dan hobiis ikan hias jumlahnya hampir tidak pernah turun. Hal ini bisa menjadi peluang bagi Anda jika ingin terjun di ceruk bisnis ini. Peluang emas ini bisa dimanfaatkan karena hingga kini belum banyak petani cacing sutra di Indonesia.
Yang menarik dari cacing sutra adalah masa panennya yang bisa dihitung dalam hitungan hari, setelah pemeliharaan sebelumnya dilakukan. Hanya dalam waktu enam hari, petani bisa memanen cacing sutra. Tak ada syarat khusus untuk bisa membudidayakan cacing sutra. Yang pasti Anda mesti sudi bergumul dengan tanah dan lumpur, serta tidak jijik memegang cacing sutra.
Nah, jika masih kesulitan dengan lahan, siasat lain masih ada. Untuk menyiasati keterbatasan lahan, teknik wadah bertingkat menggunakan nampan plastik bisa dipilih dan diterapkan.
Teknik Budi Daya di Wadah Bertingkat
Teknik ini dicetuskan untuk dijadikan solusi bagi peternak yang ingin membudidayakan cacing sutra di pekarangan sempit. Tak perlu luas, di sela-sela pinggiran atau belakang rumah pun bisa dilakukan.
Mediumnya rak plastik (nampan) sebagai media budi daya cacing disusun vertikal pada rak-rak lemari bertingkat. Di bawahnya dialiri air yang memutar dari bawah ke atas. Sirkulasi air yang memutar, menjadikan sistem ini lebih hemat air.
Sekitar awal 2013, Agus Tiyoso, pembudidaya cacing sistem tray menemukan metode ini. Idenya muncul saat istri Agus membawa nampan minuman. Pria ulet ini lalu mencoba sistem budi daya dalam nampan plastik. Hasilnya dalam hitungan hari cacing sutra mulai bisa dipanen.
Berikut beberapa keuntungan sistem budi daya cacing di wadah bertingkat.
- Lewat cara ini penggunaan probiotik lebih hemat. Sirkulasi air yang memutar tidak banyak membuang probiotik dan obat-obatan di media tumbuh budi daya cacing sutra. Selain itu, suplay air juga tidak banyak terbuang, alias lebih hemat.
- Budi daya cacing sutra dengan medium ini tidak membutuhkan lahan luas. Cukup dengan lahan 10—15 meter persegi, Anda sudah bisa memelihara cacing sutra.
- Saat panen dilakukan di salah satu wadah, maka keberadaan cacing sutra di wadah lain tidak akan terganggu. Sebab, budi daya dilakukan terpisah-pisah di beberapa nampan.
Selengkapnya tentang panduan teknik budi daya wadah bertingkat bisa dibaca dalam buku “Panen Cacing Sutra Setiap 6 Hari”. Bagi Anda calon pembudidaya ikan, tentu saja wajib membaca buku referensi yang langsung ditulis oleh Mahmud Efendi, S.Tr.Pi dan Agus Tiyoso. Lewat buku ini Anda dipandu langkah demi langkah untuk membudidayakan cacing sutra yang dapat dipanen setiap 6 hari.
Penasaran dengan peluang emas ini? Yuk, simak konsep dan caranya dalam buku terbitan Agromedia ini.