Belut merupakan komoditas peternakan yang banyak digemari masyarakat, baik lokal maupun luar negeri (ekspor). Kebutuhan belut belum bisa terpenuhi oleh para pembudidaya belut sehingga peluang usaha atau bisnis di bidang ini sangat terbuka lebar. Bagi para peternak dan pebisnis cerdas, kondisi ini menjadi tantangan menarik dan menjadi peluang emas yang tidak akan disia-siakan.
Kita lihat, di Jabodetabek saja, setiap harinya membutuhkan sekitar 34 ton. Sedangkan di Sukabumi, Solo, Yogyakarta, Surabaya, masing-masing 1 ton. Bahkan, di Padang, setiap harinya membutuhkan belut sekitar 4 ton per hari. Berdasarkan pantauan pasar pada bulan Agustus 2008, harga jual belut pada kisaran 65.000 rupiah per kilogram.
Belum lagi untuk pangsa pasar luar negeri yang sama-sama membutuhkan suplai belut yang sangat besar pula. Misalnya, Malaysia, setiap bulannya membutuhkan belut sekitar 80 ton. Bahkan, Jepang kebutuhannya lebih besar lagi, yaitu sekitar 100 ton per minggu. Ini belum termasuk negara-negara lainnya, seperti Hongkong, Cina, Korea, Taiwan, dan Singapura.
Melihat jumlah di atas, bisa dibayangkan berapa besar produksi yang harus dikeluarkan oleh para peternak belut. Dan pada kenyataannya, petenak belut belum bisa memenuhi seluruh kebutuhan besarnya pasar belut, baik untuk pasar lokal maupun luar negeri. Padahal, mereka telah berusaha mengembangkan teknik budi daya belut ini secara lebih maju sehingga produksi yang dihasilkan pun bisa lebih besar.
Kenapa demikian? Ternyata belut merupakan hewan unik yang memiliki keistimewaan tersendiri dibandingkan dengan jenis-jenis ikan lainnya. Di antaranya, cita rasa yang gurih dan bisa diolah ke dalam berbagai jenis masakan dan penganan. Selain itu, belut juga memiliki aspek pengobatan untuk berbagai penyakit, misalnya untuk mencegah menopouse, menambah kesuburan wanita, obat diabetes, meningkatkan IQ anak, menghaluskan kulit, mengobati sakti mata, dan dijadikan suplemen untuk meningkatkan hormon vitalitas pria dewasa serta menghilangkan sakit pinggang. Jadi, kebutuhan belut bukan sekadar sebagai konsumsi, tapi juga sebagai bahan medis.
Namun, untuk terjun ke bidang budi daya belut, Anda membutuhkan wawasan yang memadai, bahkan bisa dibilang mesti sempurna. Sebab, membudidayakan belut sangat berbeda dengan membudidayakan ikan dan sejenisnya. Belut akan berkembang baik dan cepat jika kondisi lingkungannya sesuai dengan habitatnya. Sebaliknya, jika kondisi lingkungan tersebut kurang sesuai dengan kebutuhannya, pertumbuhan belut bakal terhambat. Misalnya, menciptakan kondisi suhu yang sejuk atau dingin pada perairan dengan tingkat alkalinitas 50200.
Tentu saja hanya bukan itu. Pembudidaya belut harus benar-benar memahami habitat tumbuh belut, sifat dan cara hidup belut, kebiasaan makan, pergantian kelamin, dan pembuatan berbagai media yang dibutuhkan dalam budi daya belut, seperti kolam budi daya, pakan, pengairan, dan hama penyakit. Kemudian, diaplikasikan dalam penerapan sistem pembudidayaan belut secara optimal.
Dalam buku “Buku Pintar Budi Daya & Bisnis Belut" yang ditulis oleh Drs. Ruslan Roy, M.M. ini, Anda akan mendapati berbagai hal seputar pengetahuan dan teknik praktis dalam membuat serta mengembangkan budi daya dan bisnis belut.
Melalui buku yang diterbitkan AgroMedia Pustaka ini Anda akan menemukan jalan mudah bagaimana membudidayakan belut. Yakni mulai dari pembuatan kolam, teknik pemeliharaan, prapanen dan pascapanen, hingga pemasaran. Disertai pula dengan analisis usaha untuk membantu Anda membuat rancangan biaya, dari pemeliharaan hingga panen. Selain itu, Anda juga bisa mencoba beberapa contoh resep masakan belut dalam buku ini. Keuntungan lainnya, Anda diberikan CD bonus seputar budi daya belut yang bisa Anda saksikan bersama-sama pada layar video di rumah Anda. Asyik bukan?