Lima Parameter Penyemprotan Pestisida yang Baik

Penyemprotan (spraying) merupakan metode aplikasi yang paling banyak digunakan, baik di Indonesia maupun di seluruh dunia. Kurang lebih, 75% dari seluruh pestisida yang digunakan di bidang pertania di seluruh dunia diaplikasikan dengan cara disemprotkan.

Namun, penyemprotan merupakan salah satu cara aplikasi yang sering menimbulkan masalah, baik bagi pengguna, konsumen, maupun lingkungan.

Untuk mengetahui apakah penyemprotan sudah dilakukan dengan baik, Anda bisa melihatnya dari lima parameter penyemprotan di bawah ini.

  1. Menggunakan ukuran butiran semprot yang tepat untuk berbagai penyemprotan yang berbeda. Ukuran butiran semprot yang disarankan untuk penyemprotan insektisida dan herbisida umumnya 200 – 400 mikron. Sedangkan untuk herbisida pratumbuh 400 – 600 mikron.
  2. Permukaan bidang sasaran harus tertutup oleh butiran semprot dalam jumlah yang memenuhi syarat. Tingkat penutupan ini dalam teknik aplikasi disebut liputan atau coverage. Agar diperoleh hasil penyemprotan yang baik, disarankan terdapat tidak kurang dari 40 butiran semprot/cm2 pada bidang sasaran untuk kebanyakan pestisida. Khusus untuk fungisida non-sistemik, liputan minimal 70 butiran semprot/cm2 bidang sasaran.
  3. Butiran semprot (dengan pilihan yang memenuhi syarat) tersebut harus didistribusikan pada bidang sasaran secara merata.
  4. Menggunakan volume semprot yang cocok untuk berbagai jenis tanaman serta stadia pertumbuhan tanaman yang berbeda. Untuk penyemprotan insektisida dan fungisida secara konvensional—dengan sprayer punggung pada tanaman semusim—volume semprot yang dianjurkan antara 200 – 600 liter/ha. Sementara itu, penyemprotan tanaman pohon sangat tergantung pada umur dan ukuran pohon tersebut. Contohnya, untuk tanaman mangga yang berumur sekitar 5 tahun, diperlukan volume semprot sekitar 1.000 liter per hektar. Namun, untuk tanaman yang sudah berumur lebih dari 10 tahun, volume semprotnya dapat mencapai 2.000 liter/ha.
  5. Pestisida yang disemprotkan menempel sebanyak mungkin pada bidang sasaran. Dengan kata lain, pestisida yang hilang ditekan hingga angka minimal. Penyemprotan yang baik harus mencapai recovery setinggi mungkin. Seyogyanya, recovery tidak kurang dari 75%.

Informasi mengenai aplikasi pestisida ini selengkapnya bisa Anda baca dalam buku Pestisida & Aplikasinya karya Panut Djojosumarto yang diterbitkan oleh AgroMedia Pustaka.

Buku ini mengulas secara lengkap mengenai berbagai hal yang berkaitan dengan pestisida dan aplikasinya. Di antaranya: formulasi pestisida, sifat dan cara kerja pestisida, toksikologi pestisida, teknik aplikasi pestisida, dan aspek keselamatan pengguna pestisida.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *