Kelinci, hewan bertelinga panjang ini, memang sangat lucu untuk dijadikan hewan peliharaan. Tak hanya itu, kelinci juga sangat berpotensi untuk dijadikan bisnis yang menarik, terutama ternak kelinci sebagai sumber daging konsumsi, fur (kulit dan bulu), serta binatang kesayangan.
Pada tahun 1982, pemerintah pernah menganjurkan agar kelinci dikembangkan sebagai ternak sumber daging untuk meningkatkan mutu gizi masyarakat. Namun, usaha tersebut gagal karena kelinci berkembang menjadi komoditas mahal, terutama harga bibitnya.
Meski pun demikian, ternyata kelinci masih tetap menarik perhatian banyak orang. Potensi kelinci masih memungkinkan untuk dikembangkan, terutama jika dilihat dari aspek produksi dan reproduksi.
Misalnya saja dalam bisnis fur atau penghasil bulu dan kulit. Informasi BLPP Ciawi menyebutkan bahwa pasar komoditas kulit bulu kelinci semakin meningkat. Peningkatan terjadi karena santernya kritik yang dilontarkan para pencinta alam dan lingkungan seperti Greenpeace terhadap perburuan dan pembantaian satwa liar.
Sebelumnya, bulu untuk pembuatan jaket dan aksesorisnya di negara-negara dingin umumnya menggunakan kulit beruang hasil buruan. Dengan santernya kritik tersebut, para produsen jaket lantas berusaha melirik bahan baku lain. Kelinci dianggap sebagai salah satu ternak yang bisa menggantikan kebutuhan bulu untuk bahan jaket.
Tujuan utama pemeliharaan kelinci sebaiknya untuk diambil kulit bulunya, bukan daging. Beternak kelinci Rex atau Angora bisa menghasilkan daging karkas 1,5 kg/ekor. Harga karkas daging kelinci US$ 1,5 per kg. Nilai daging sangat kecil dibandingikan harga kulit kelinci yang bisa laku US$ 8-15 per lembar. Setelah disimak, harga kulit bulu kelinci bisa mencapai US$ 18 per lembar.
Kulit bulu kelinci digunakan sebagai pakaian bulu, jaket, selendang, sweet cover, tas, dompet, boneka. Satu mantel ekslusif terbuat dari 20-30 lembar kulit kelinci harganya US$ 3.000. Pasar kulit bulu mencakup daratan Eropa, Rusia, Amerika, dan Asia Utara. Produsen kulit bulu kelinci antara lain Hongkong, Taiwan, Jepang, dan Korea Selatan.
Potensi bisnis kelinci ini diungkapkan B. Sarwono dalam buku Kelinci Potong & Hias yang diterbitkan oleh AgroMedia Pustaka. Buku ini juga menyajikan berbagai informasi lainnya tentang kelinci potong dan hias. Mulai dari pengenalan jenis dan potensi kelinci, teknologi budi dayanya secara intensif, maupun berbagai masalah lain yang berkaitan dengan usaha peternakan kelinci.